f. Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan
Aliran filsafat modern juga dijelaskan dengan gamblang, yaitu :
a. Aliran-aliran filsafat pendidikan modern
-
Progresivisme, yang berintikan aliran instrumentalisme, eksperimentalisme, serta environmentalisme, yaitu agar melalui daya intelegensia dan otaknya, manusia mampu melangsungkan hidup dan kehidupannya ke arah masa depan. Filsafat progresivisme tidak mengakui adanya kemutlakan hidup, menolak otoritarianisme, yang mendukung sikap dinamis dan selalu mengalami perubahan. Filsafat ini mendukung hak azasi manusia yang mendasar, dalam bentuk apapun harus diupayakan berkembang bebas dan demokratis, konstruktif, reformatif, inovatif, aktif dan dinamis, karena setiap manusia memiliki kemampuan alamiah untuk selalu dalam posisi maju dan berkembang otomatis.
-
Esensialisme, merupakan penggabungan realisme dan idealisme, di mana dinyatakan bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang jelas dan tahan lama, yang menjaga kestabilan dan nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Nilai-nilai yang dapat memenuhinya berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad ke belakang, sejak zaman renaisans yang melahirkan aliran esensialisme. Realisme modern berakar pada materi dan wujud fisik, sedangkan idealisme berakar pada nilai spiritualitas.
Sifat yang menonjol pada ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada cela, sehingga bentuk, sifat, kehendak, dan cita-cita manusia harus disesuaikan dengan tata alam yang ada.Epistemologi esensialisme dapat diketahui melalui pengenalan kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan. Untuk pengenalan kepribadian manusia maka melalui banyak pendekatan, di antaranya; teori asosiasionisme yang menyatakan bahwa ide-ide sebagai asosiasi unsur-unsur pengindraan dan pengamatan; teori behaviorisme yang menjalaskan bahwa wujud mental terefleksi pada perilaku; teori koneksionisme yang menyatakan bahwa perilaku semua makhluk termasuk manusia terbentuk atas dasar pola-pola hubungan antara stimulus dan respons.
Esensialisme (idealisme) memandang bahwa pada tahap permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami dunia obyektif.
Terhadap kurikulum, esensialisme memandang bahwa landasan kurikulum harus idiil dan organisasi yang kuat, berpangkal pada sendi-sendi watak manusia ideal dan kondisi masyarakat ideal.
-
Perenialisme, yang menjelaskan bahwa pendidikan harus bersandar pada pendidikan masa lampau yang cukup ideal dan sudah teruji tangguh. Terhadap kondisi pendidikan yang bermaslaah, perenialisme menawarkan dilaksanakannya kebudayaan masa lalu. Perenilisme melihat bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan di zaman sekarang. Kebudayaan masa lampau ini bisa berupa teologi kristiani maupun sekuler-nya plato dan aristoteles. Krisis masa sekarang, diselesaikan dengan kembali menggunakan kebudayaan masa lalu.
-
Rekonstruksionisme, yang merombak susunan tata yang lama dengan susunan tata yang baru dan modern. Krisis kebudayaan diselesaikan dengan perombakan tata susun. Aliran ini meyakini, tugas penyelamatan dunia merupakan tanggungjawab semua umat manusia.
Sepanjang masa, ilmu tidak dapat dilepaskan dari pendidikan, dan pendidikan tinggi merupakan salah satu sarana untuk mencapai kebenaran, mengarahkan manusia untuk menjawab persoalan hidupnya sebagai subyek maupun obyek bersama lingkungan alam semesta yang diciptakan Tuhan.