Bicaranya santai seperti gadis ibu kota. Pas seperti obrolan gadis yang ada di sinetron maupun film FTV.
"Aku suka sekali ada yang terus terang kalau ngomong. Aku cuma mikir, mau jalan sendirian apa tidak takut dijahati orang. Padahal, di rumah saja kita tidak luput. Malas kalau ditemani terus." Ucap Handai dengan lugu.
"Enggak apa-apa masih muda jalan sendiri. Aku saja sejak kecil sudah biasa begitu. Orang tua malah senang anaknya mandiri. Emang tujuan mas ke Cikarang apa?" Tanya gadis itu.
"Kalau itu sih, hanya ingin silaturahmi. Simpel saja buat anak SMA yang suka liburan. Cuma, katanya suka menghabiskan uang hanya untuk jalan-jalan." Gerutu Handai.
"Santai saja mas, mencapai tujuan butuh uang sebagai pengorbanan. Apalagi ke Cikarang atau manapun. Pasti tidak mungkin jalan kaki.... ya kan mas. Aku juga biasa jalan-jalan tanpa tujuan naik bus."
"Masalahnya aku dibilang suka jajan terus."
"Ya... kalau jalan terus tentu jadi masalah. Solusinya adalah harus hemat biar bisa ditabung. Sukses aja butuh pengorbanan juga mas, berupa pengorbanan hati. Iya tidak hehe...." Ucap gadis itu dengan tawa renyahnya.
Bus itu melesat meninggalkan daerah hutan.
Gadis itu kembali menatap layar laptopnya. Tanda kursor ia pencet ke tombol stop/next button pada video itu.
"Suka nonton kartun ya mbak?" Ucap Handai basa-basi.
"Iya mas, biasa buat mengurangi kadar kebosanan. Perjalanan itu melelahkan makanya nonton itu hiburanku selain bus eksekutif ini."