Namun di balik kemudahan tersebut, muncul tantangan baru. Di satu sisi, teknologi memberikan banyak keuntungan. Dan sisi lain, teknologi juga membawa dampak besar pada cara kita mendidik generasi berikutnya.
Sistem pendidikan modern kini semakin terintegrasi dengan berbagai alat digital. Mulai dari platform pembelajaran online hingga aplikasi pengukur kemampuan siswa. Di sini, pendidikan lebih terasa seperti “produk” yang dikemas rapi dengan algoritma yang cerdas.
Tidak sedikit aplikasi pendidikan yang berfokus pada peningkatan skor dan prestasi siswa dalam waktu singkat. Tentu saja, ini membuat segalanya lebih terukur dan mudah dievaluasi. Tapi, apakah kita benar-benar mendidik manusia dengan cara yang lebih manusiawi?
Freire berpendapat bahwa pendidikan seharusnya bukanlah tempat untuk menghafal informasi atau menyelesaikan soal-soal dengan cepat. Sebaliknya, pendidikan harus menjadi ruang bagi siswa untuk bertanya, meragukan, dan membangun pemahaman mereka tentang dunia.
Dengan demikian, ketika kita menghadapi fenomena penggunaan teknologi dalam pendidikan, kita harus bertanya bahwa apakah kita hanya menghasilkan individu yang cerdas dalam menjawab soal ataukah kita juga menghasilkan individu yang peduli terhadap keadilan sosial, mampu berpikir kritis, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan mereka?
Pendidikan yang Memanusiakan
Pendidikan yang humanis seperti yang digagas oleh Paulo Freire, mengajak kita untuk tidak hanya mengukur kesuksesan siswa berdasarkan angka-angka atau hasil ujian semata, tetapi lebih kepada kemampuan mereka untuk berempati, berpikir kritis, dan berinteraksi secara sosial.
Tentunya, pendidikan tidak dapat mengabaikan aspek-aspek keterampilan teknis. Namun dalam konteks pendidikan humanis, keterampilan ini tidaklah menjadi satu-satunya tujuan.
Tujuan yang lebih besar adalah menjadikan siswa sebagai individu yang tidak hanya pintar, tetapi juga bijaksana dalam menggunakan pengetahuan mereka untuk tujuan yang lebih mulia.