Tanpa pendidikan yang memadai, tanpa keterampilan yang relevan dengan pasar kerja, dan tanpa jaringan sosial yang kuat, mereka tidak memiliki banyak kesempatan untuk keluar dari kondisi tersebut.
Kendati demikian, penting untuk diingat bahwa kemiskinan tidak hanya soal uang. Ini adalah masalah sistemik yang mencakup ketidakadilan sosial, ketimpangan akses, dan distribusi kekayaan yang timpang.
Mengatasi kemiskinan bukan hanya soal memberi bantuan atau subsidi, tetapi tentang menciptakan sistem yang memungkinkan mereka yang terpinggirkan untuk mengakses peluang yang sama. Di sinilah tantangan besar dimulai!
Pilar yang Terguncang itu Kelas Menengah
Kelas menengah adalah kelas yang memiliki peran sangat vital dalam ekonomi negara. Mereka adalah konsumen, produsen, dan pendorong inovasi.
Kelas menengah yang kuat adalah tanda ekonomi yang sehat dan tumbuh, karena mereka adalah penggerak utama sektor riil seperti perdagangan, manufaktur, dan layanan.
Namun di Indonesia, kelas menengah ini mulai terkikis, terutama setelah pandemi COVID-19 yang mengubah banyak tatanan sosial dan ekonomi.
Banyak orang yang dulu masuk dalam kategori kelas menengah, tiba-tiba terjatuh ke dalam kategori kelas bawah akibat kehilangan pekerjaan atau pendapatan yang menurun drastis.
Hal ini tidak hanya terjadi pada pekerja di sektor informal, tetapi juga pada profesional di sektor formal yang terdampak oleh resesi ekonomi global dan nasional.
Dengan inflasi yang meningkat, biaya hidup yang semakin tinggi dan ketidakpastian ekonomi, banyak keluarga kelas menengah menjadi semakin terjepit.