Salah satu contoh konkret adalah inisiatif yang menggabungkan teknologi dengan edukasi seperti aplikasi atau game yang mengajarkan sejarah Indonesia melalui pendekatan interaktif.
Dalam hal ini, teknologi tidak hanya digunakan untuk hiburan semata, tetapi juga sebagai alat untuk memperkenalkan dan menguatkan identitas nasional.
Menjaga Identitas Nasional dalam Era Digital
Di sisi lain, pesatnya perkembangan media sosial dan akses informasi global dapat menjadi tantangan dalam memperkuat rasa nasionalisme.
Gen Z yang terhubung dengan dunia luar secara langsung melalui internet, sering kali terpapar dengan berbagai nilai dan budaya asing yang bisa memengaruhi cara pandang mereka terhadap identitas nasional. Bahkan mengalami krisis identitas, parahnya sampai lose identity.
Oleh karena globalisasi mengedepankan homogenisasi budaya, dapat membuat generasi muda lebih mudah terpengaruh oleh budaya Barat yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai lokal atau nasional.
Namun demikian, ini bukan berarti teknologi harus dianggap sebagai ancaman bagi nasionalisme. Sebaliknya, ini adalah tantangan yang bisa diubah menjadi peluang.
Generasi muda yang melek digital memiliki potensi untuk memperkenalkan budaya dan nilai-nilai kebangsaan Indonesia ke masyakarat global melalui platform yang mereka gunakan.
Dengan konten-konten kreatif yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia, baik dalam bentuk video, musik, maupun seni visual, mereka dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki budaya yang unik dan patut dibanggakan.
Salah satu contoh yang dapat diambil adalah bagaimana lagu-lagu tradisional atau musik kontemporer dengan nuansa lokal Indonesia menjadi viral di TikTok dan YouTube.
Misalnya, lagu 'Laskar Pelangi' yang kembali populer berkat kreativitas generasi muda. Dan kemudian, Presiden Prabowo mewajibkan lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' disiarkan oleh lembaga penyiaran setiap hari pada pukul 06.00 waktu setempat.