Di tengah gempuran arus globalisasi dan revolusi digital yang semakin melaju pesat, generasi muda menjadi aktor utama dalam perubahan sosial dan budaya.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan, istilah melek digital kini menjadi sangat relevan.
Generasi muda, terutama yang tergolong dalam kelompok Gen Z dan Alpha, tumbuh dalam lingkungan yang sangat terhubung melalui internet, media sosial, dan perangkat digital lainnya.
Kendati demikian, di balik kemajuan teknologi ini terdapat tantangan besar yang harus dihadapi, yaitu bagaimana teknologi dapat digunakan untuk membangun rasa nasionalisme yang kuat atau yang sering disebut dalam tradisi Islam sebagai hubbul wathon minal iman (cinta tanah air bagian dari iman).
Dalam konteks ini, penulis akan mengeksplorasi bagaimana generasi muda yang melek digital dapat memperkuat rasa cinta tanah air melalui teknologi dan media sosial, serta peran penting teknologi dalam memperkokoh karakter nasionalis.
Generasi Muda dan Peran Digitalisasi dalam Kehidupan Sehari-Hari
Generasi muda masa kini, terutama Gen Z (lahir 1997-2012) dan Gen Alpha (lahir 2013 ke atas), tumbuh dalam lingkungan digital yang sangat canggih.
Sebagai digital natives, mereka tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga produsen konten. Mereka memiliki akses tanpa batas ke informasi dari seluruh dunia, yang dapat diakses melalui berbagai perangkat seperti smartphone, laptop, dan tablet.
Media sosial yang kini menjadi bagian integral dari kehidupan mereka, memungkinkan untuk berinteraksi dengan sesama, berbagi informasi, dan terlibat dalam berbagai diskusi global.
Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2024 , bahwa secara umum penetrasi internet di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 79,5% dari total populasi.Â
Hal ini menunjukkan bahwa, tidak hanya dalam konteks hiburan, media sosial telah menjadi sarana utama dalam membentuk identitas dan pandangan dunia bagi generasi muda.
Dengan teknologi yang berkembang pesat ini, muncul potensi besar untuk menggunakan platform digital sebagai alat untuk menumbuhkan rasa kebangsaan, mengedukasi, dan membentuk karakter generasi muda yang memiliki rasa cinta tanah air.
Melek Digital sebagai Sarana Pembentukan Karakter Nasionalis
Istilah hubbul wathon minal iman, yang berasal dari hadis Rasulullah SAW, mengajarkan bahwa rasa cinta terhadap tanah air adalah bagian dari iman.
Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia membutuhkan generasi muda yang tidak hanya cerdas dalam teknologi, tetapi juga memahami nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam budaya dan sejarah bangsa.
Di sinilah peran melek digital menjadi sangat penting. Dengan keterampilan digital yang dimiliki oleh generasi muda, mereka dapat menjadi katalisator yang membawa pesan kebangsaan, nasionalisme, dan cinta tanah air ke dunia maya.
Fenomena yang terjadi di dunia digital saat ini menunjukkan bahwa generasi muda semakin memiliki kesadaran terhadap identitas budaya mereka.
Platform-platform seperti TikTok, YouTube, dan Instagram tidak hanya menjadi tempat hiburan, tetapi juga menjadi ruang untuk menyebarkan nilai-nilai kebangsaan.
Misalnya, banyak content creator muda yang mengangkat tema-tema kebudayaan Indonesia seperti musik tradisional, tarian daerah, dan kuliner lokal dalam bentuk video kreatif yang mudah dicerna oleh masyarakat luas, terutama generasi muda.
Campaign digital yang mengangkat kebanggaan terhadap produk lokal atau sejarah Indonesia seperti #BanggaBuatanIndonesia atau #MencintaiProdukLokal, menjadi hashtag viral dan mampu menciptakan kesadaran kolektif tentang pentingnya mencintai tanah air.
Lebih lanjut, menurut studi yang dilakukan oleh Setiawan & Rakhmat (2023), bahwa media sosial dapat menjadi sarana yang efektif dalam meningkatkan kesadaran kebangsaan pada generasi muda.
Studi ini menekankan pentingnya pendekatan berbasis teknologi untuk mengajarkan sejarah Indonesia dan menanamkan rasa cinta tanah air melalui narasi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari generasi muda yang banyak menghabiskan waktu di dunia digital.
Salah satu contoh konkret adalah inisiatif yang menggabungkan teknologi dengan edukasi seperti aplikasi atau game yang mengajarkan sejarah Indonesia melalui pendekatan interaktif.
Dalam hal ini, teknologi tidak hanya digunakan untuk hiburan semata, tetapi juga sebagai alat untuk memperkenalkan dan menguatkan identitas nasional.
Menjaga Identitas Nasional dalam Era Digital
Di sisi lain, pesatnya perkembangan media sosial dan akses informasi global dapat menjadi tantangan dalam memperkuat rasa nasionalisme.
Gen Z yang terhubung dengan dunia luar secara langsung melalui internet, sering kali terpapar dengan berbagai nilai dan budaya asing yang bisa memengaruhi cara pandang mereka terhadap identitas nasional. Bahkan mengalami krisis identitas, parahnya sampai lose identity.
Oleh karena globalisasi mengedepankan homogenisasi budaya, dapat membuat generasi muda lebih mudah terpengaruh oleh budaya Barat yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai lokal atau nasional.
Namun demikian, ini bukan berarti teknologi harus dianggap sebagai ancaman bagi nasionalisme. Sebaliknya, ini adalah tantangan yang bisa diubah menjadi peluang.
Generasi muda yang melek digital memiliki potensi untuk memperkenalkan budaya dan nilai-nilai kebangsaan Indonesia ke masyakarat global melalui platform yang mereka gunakan.
Dengan konten-konten kreatif yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia, baik dalam bentuk video, musik, maupun seni visual, mereka dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki budaya yang unik dan patut dibanggakan.
Salah satu contoh yang dapat diambil adalah bagaimana lagu-lagu tradisional atau musik kontemporer dengan nuansa lokal Indonesia menjadi viral di TikTok dan YouTube.
Misalnya, lagu 'Laskar Pelangi' yang kembali populer berkat kreativitas generasi muda. Dan kemudian, Presiden Prabowo mewajibkan lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' disiarkan oleh lembaga penyiaran setiap hari pada pukul 06.00 waktu setempat.
Ini menunjukkan bahwa globalisasi bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi justru bisa menjadi kesempatan untuk menunjukkan kekayaan budaya nasional ke panggung dunia.
Peran Pemerintah dan Pendidikan dalam Mendorong Nasionalisme Digital
Upaya untuk mengintegrasikan rasa cinta tanah air dengan teknologi harus melibatkan semua elemen masyarakat, termasuk pemerintah dan lembaga pendidikan.
Pemerintah Indonesia, misalnya, bisa memainkan peran penting dalam menciptakan kebijakan yang mendorong penggunaan teknologi untuk tujuan pendidikan dan pembentukan karakter kebangsaan.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan literasi digital di kalangan pelajar dan mahasiswa yang tidak hanya mencakup keterampilan teknis, tetapi juga pemahaman tentang penggunaan teknologi yang bijak untuk mengedepankan nilai-nilai kebangsaan.
Pendidikan juga memegang peranan penting dalam membentuk karakter nasionalis. Dalam kurikulum pendidikan, perlu ada pendekatan yang lebih holistik yang menggabungkan pendidikan kewarganegaraan dengan teknologi.
Misalnya, penggunaan media sosial dan platform digital untuk mengajarkan sejarah Indonesia, peran pahlawan atau pentingnya keberagaman Indonesia dalam konteks global.
Dengan begitu, generasi muda tidak hanya terampil dalam teknologi, tetapi juga memiliki wawasan yang luas tentang pentingnya mempertahankan identitas nasional di tengah arus globalisasi.
Untuk itu, sebagai generasi muda yang melek digital, tentu memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk masa depan Indonesia.
Dalam konteks ini, hubbul wathon minal iman (cinta tanah air sebagai bagian dari iman) dapat dibangun dengan memanfaatkan teknologi secara positif.
Melalui media sosial dan platform digital, generasi muda dapat memperkenalkan budaya, sejarah, dan nilai-nilai kebangsaan Indonesia ke dunia, seraya memperkuat rasa cinta tanah air dalam diri mereka.
Dengan demikian, teknologi yang sering dianggap sebagai ancaman bagi identitas nasional justru dapat menjadi sarana untuk memperkokoh rasa kebangsaan di era digital sekarang ini.
Referensi
Setiawan, A., & Rakhmat, M. (2023). Pemanfaatan Media Sosial untuk Membangun Nasionalisme pada Generasi Muda. Jurnal Sosiologi Pendidikan, 31(1), 65-79.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H