Sesosok perempuan dengan tudung hitam muncul dibelakang Rangga. Membentuk siluet besar bak monster yang siap menerkam.
“Aduh!!! Sakit,” ringis Rangga yang kepalanya dihantam helm.
"WOY,MAS! DARITADI SAYA NUNGGUIN DI SEBERANG!" teriak perempuan bertudung itu.
Teriakan itu membuat Rangga tersadar. Ternyata dirinya berada dikerumunan jalan raya yang padat. Ketika dia melihat bahunya, tidak ada tangan keriput disana. Hanya ada sebuah jaket hijau yang tergantung. Kepalanya masih pusing akibat pukulan jitu dari si perempuan bertudung.
“MAS. DARITADI SAYA SABAR LOH NUNGGUIN, MAS. EH TERNYATA MALAH NGELAMUN SIANG-SIANG BEGINI.”
Suara cempreng perempuan paruh baya memekakkan telinga Rangga. Dengan emosi yang tak bisa ditahan, ibu ini ingin memukul kepala Rangga sekali lagi. Dengan cepat, Rangga langsung membuka suara untuk menenangkan si ibu yang sedang emosi ini.
“Eh, i-iya bu. Maaf bu, tadi saya lagi keinget pas jaman kuliah, Bu.”
“EMANG SAYA PEDULI?! POKONYA NANTI SAYA KASIH RATING BINTANG 1 DI APLIKASINYA!”
“Eh, ja-jangan dong, Bu. Kalo nanti saya disuspend, saya engga bisa makan, Bu.” Rangga memelas kepada si ibu tua ini.
Dengan helaan napas panjang, si ibu seperti ingin melontarkan sesuatu dari mulutnya. Dan, itu terjadi lagi.
“BODO AMAT!” balas si ibu. Singkat, padat, dan jelas. Satu kali tarikan napas. Selesai.