Mohon tunggu...
Muhammad Falahuddien
Muhammad Falahuddien Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMAN 28 Jakarta - XI IPS 2

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Bukan) Ada Apa dengan Cinta

30 November 2020   18:27 Diperbarui: 30 November 2020   18:32 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tak ada sahutan dari lawan bicaranya. Hanya terdengar helaan nafas panjang dari seberang sana. Hingga beberapa saat kemudian ……

 “BODO AMAT!” balas Cinta. Singkat, padat, dan jelas. Satu kali tarikan napas. Selesai.

… tut … tut … tut … panggilan terputus.

Setelah insiden mengerikan tadi berakhir, si pria menyedihkan ini hanya duduk di atas ranjangnya. Menatap kosong ke arah luar dengan pikirannya yang kacau. Hatinya masih tak bisa menerima atas kenyataan yang telah terjadi. Tak lama kemudian, ia bangkit dan membuka jendela yang sedari tadi membatasinya dengan dunia luar. Angin sepoi-sepoi mulai masuk ke ruangan kecil itu. Menciptakan hawa dingin yang membuat dia menggigil.

Ctak … ctak … ctak …

Rangga menyulut rokok di tangan kanannya. Badannya membelakangi jendela yang terbuka. Kepalanya tertunduk lesu. Rangga hanya bisa diam tanpa tahu harus berbuat apa. Pikirannya menerawang atas kejadian yang telah menimpanya tadi. Sesekali ia menghisap rokok di tangan kanannya. Menghembuskannya, lalu melamun lagi.

Tiba-tiba angin kencang menerpa. Membuat beberapa ranting pohon di halaman kosnya beradu satu sama lain. Daun-daun pohon mangga beterbangan di udara. Membuat keributan ditengah sunyinya malam. Salah satu daun yang tertiup angin menyelinap masuk ke kamar Rangga. Hal itu membuat ia menjadi tidak nyaman.

Kok, hawanya jadi engga enak ya, Pikir Rangga tak karuan.

Ah, gue tutup aja deh jendelanya.

Saat ingin menutup jendela yang terbuka, tiba-tiba sebuah tangan terulur. Tangan itu kurus dan keriput. Kulitnya pucat dan banyak bekas luka menutupinya. Rangga yang ketakutan hanya bisa mematung. Ia berharap bahwa itu hanya sekadar imajinasi bodohnya. 

Satu detik … dua detik …. tangan itu malah semakin dekat dengan Rangga. Meraba tubuh rangga dari atas rambut, wajah, leher, dan berhenti di bahunya yang gemetar. Dalam hatinya, Rangga ingin teriak meminta tolong. Namun, mulutnya tak bisa mengucapkan sepatah katapun. Seakan-akan ia terkena mantra yang membuatnya membeku. Akhirnya ia memberanikan diri untuk berteriak kembali dengan mengambil aba-aba dalam hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun