" benar... tadi ada seorang lelaki seumuran ayahku datang dan memberi ku benda ini, eh..." ketika aku coba menunjukan benda yang pria misterius itu berikan, ternyata benda tersebut menghilang entah kemana.Â
" hahaha kamu bercanda ya? Atau sakit ? masih pagi sudah menghayal " ledek Lia setelah melihat kelakuanku dan aku hanya diam tak menanggapinya lagi karena aku memikirkan kenapa arloji tadi bisa menghilang. "malah melamun ... ayo yu kita masuk kelas" ajak Lia dan menarik tanganku masuk kelas aku pun tak menolak ajakan tersebut.Â
Aku pun masuk ke dalam kelas dengan perasaan heran yang sama seperti sebelumnya. Aku dan Lia adalah orang pertama yang datang dikelas, masih kosong dan sepi. " kmu benar-benar tidak melihat siapapun denganku tadi ?" tanyaku pada Lia yang duduk dibangku sebelahku.Â
"bener yu ... aku liat kmu cuman sendiri entah sedang apa" jawab lia.Â
"aneh sekali ... atau jangan-jangan itu hantu ? " ceplosku,Â
"apa? Kamu bertemu hantu?" tanya Lia terkejutÂ
"eh tidak-tidak sepertinya ku sedang melamun saja tadi heheh" jawabku dengan sedikit tertawa. Lia pun memahami alsanku. Beberapa menit menuju bel masuk yang akan berbunyi, satu dua teman-teman sekolahku mulai memenuhi ruangan kelasku. Yang seketika berubah 180 derajat menjadi tempat yang ramai. Mereka bercerita tentang alasan-alasan mereka bisa hampir datang telat kesekolah dan sebagian besar dari mereka mempunyai alasan yang sama, mereka datang terlambat karena jalan yang macet akibat dari sebuah beton yang jatuh tiba-tiba dan menghalangi arus lalu lintas.
~~~
Bel masuk kelas pun berbunyi, semua murid bergegas masuk kedalam kelas masing-masing menimbulkan suara gadung langkah kaki dimana-mana. Kelas pun dimulai, pelajaran dimulai seperti biasanya, satu hari tak ada yang istimewa selain Figo yang selalu menjadi bintang kelas di setiap harinya. Dia terkenal sebagai anak paling cerdas di kelas, bahkan di sekolah.Â
Dia pernah menjadi juara olimpiade matematika tingkat nasional dan pernah berkesempatan melanjutkan lombanya ketingkat internasional, hanya saja ia tidak bisa berhasil meraih juara pada perlombaan itu karena keadaan nya saat itu yang sangat amat kelelahan mengikuti semua tingkat perlombaan.Â
Hal itulah yang kadang membuatnya marah ketika ditanya kejadian tersebut, bukan karena marah kepada orang yang menanyakan hal tersebut, namun marah meyalahkan dirinya sendiri yang tak mampu memberikan hasil yang maksimal. Guru pun masuk dan mengabsen kehadiran kami dengan memanggil nama kami satu persatu.