Mohon tunggu...
muhammad ariana setiawan
muhammad ariana setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Bismilallhirrahmanirrahim ...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Space Generation

1 Februari 2020   12:01 Diperbarui: 1 Februari 2020   12:12 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Episode 1

Pukul empat pagi, waktunya aku bangun dan bergegas melangkah menuju kamar mandi. Di lantai dua ku berjalan terdengar suara desing mama memasak di dapur bawah sana, seperti biasanya mama selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk satu hari kedepan. 30 menit berlalu akhirnya aku selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah, aku bergegas menuruni tangga "kamu sudah bangun nak ?"mama bertanya dalam intonasi lembut membuka obrolan pagi hari kala aku baru berjalan tiga langkah menuruni tangga. 

"iya ma" jawab ku.

"bagaimana tidurmu tadi malam yu?" tanya mama yang masih memegang wajan dan mengenakan celemek merah di badannya.

 "seperti biasa ma" jawabku sambil menarik kursi di ruang makan. "Papa belum bangun ma?" balik aku yang bertanya kepada mama 

"papa masih dikamar, bisa bantu mama yu? Tolong ambilkan piring dan gelas di lemari itu untuk kita sarapan pagi ini yu" seru mama yang kini tengah membuatkan segelas susu untuk ku. Seperti biasa mama memang paling cekatan jika soal pekerjaan rumah, dua-tiga pekerjaan bisa diselesaikannya dalam  satu waktu tanpa kurang satu apapun. "yu?" mama kembali memanggilku yang malah asik melihat nya memasak. 

"iya" ucap ku sambil tersenyum dan bergegas melaksanakan perintahnya.

5 menit kemudian Piring dan gelas selesai ku susun diatas meja, papa pun mulai akhirnya bergabung bersamaku untuk sarapan di pagi ini "masak apa ma?" tanya papa sambil menarik kursi dan duduk di samping tempat duduk ku. 

"nasi goreng pah, yu ambil susu di atas kulkas itu satu untuk kmu dan satu lagi untuk pap ya" mama meminta bantuan ku untuk edua kalinya dan aku pun segera melaksanakannya. Wangi aroma nasi goreng yang mama masak mulai tercium, 10 menit kemudian mama pun menyajikannya di atas meja makan bersama tambahan sarapan yang lainnya. 

Mama mencuci tangan dan bergabung bersama ku da pap duduk bersiap untuk sarapan. "ayo yu pa makan" seru mama sambil membagikan piring yang tadi sudah ku susun ke papa dan aku. Sarapan pun dimulai, satu sendok nasi goreng mama memang bisa membangkitkan selera makan, masakan mama memang lezat seperti biasanya, papa pun terlihat merasakan hal yanhg sama denganku. 

"papa nanti malam bakal pulang telat ma" papah membuka obrolan di saat sarapan. 

"ada masalah apa lagi pa di kantor? " tanya mama seusai menyuap satu sendok nasi goreng. 

" bukan masalah ma, pak direktur minta papa menemani nya ke pabrik barunya" jawab papa 

"ohh ... pabrik baru itu, papa hati-hati kalo gitu" himbau mama seperti biasa, aku menyimak percakapan papa dan mama sambil menghabiskan nasi goreng dihadapanku. 

"sekolah mu bagaimana yu?" sekarang giliran papa bertanya kepadaku, 

"seperti biasa pa" jawabku, 

"nasi goreng mu sudah habis yu, mau ?" tanya mama,

 "enggak mah ayu udah kenyang" jawabku. 15 menit lagi kembali berlalu, sarapan pun akhirnya selesai akupun seperti biasa akan pergi sekolah diantar papa. 

"Habiskan dulu susu mu yu" seru mama. Aku pun segera meneguk menghabiskan susu yang tadi pagi mama buat untuk ku, dan bergegas mengambil tas dikamarku dan kembali lagi ke ruang makan dengan keadaan yang sudah saip berangkat, aku pun meraih tangan mama yang sedari tadi menunggu ku di depan tangga 

" ayu pergi dulu ma" izinku sambil mencium tangannya 

"hati-hati yu belajar yang bener" jawab mama sambil mecium keningku. Kemudian aku pergi masuk mobil lebih dulu sementara papa juga berpamitan pergi kepada mama. Papa pun akhirnya masuk ke mobil dan kita pun mulai berjalan menuju ke sekolahku lalu kemudian ayah terus melanjutkan perjalannan ke kantornya.

Sepanjang perjalanan ayah bercerita banyak hal kepadku, mulai dari masa kecilnya dulu sewaktu sekolah, masa kecilku bahkan bercerita kejadiaan lucu yang pernah dialaminya. 15 menit menyusuri jalan menerobos kemacetan kota, akhirnya aku sampai di depan gerbang sekolahku. Aku pun bergegas mencium tangan papa berpamitan dan membuka pintu keluar dari mobil."ayu berangkat pa" seru ku 

"iya yu semangat ya " seru papa sambil tersenyum. pintu mobi ku tutup dan kendaraan itu mulai melaju kembali menerobos kemacetan di belokan jalan didepan, mobil pun mulai menghilang dari pandanganku  dan aku mulai melangkahkan kaki menuju ke dalam sekolah.

~ ~ ~

Ku berjalan menuju kelas di ujung lorong, aneh hari itu sekolah masih sepi dan sunyi padahal saat itu waktu hampir menunjukan pukul 7 dan lima belas menit kemudian bel masuk kelas akan berbunyi. Kira-kira 10 meter lagi dari pintu kelas ku tiba-tiba sesuatu hal aneh terjadi di hadapanku, seseorang dengan jubah hitam tiba-tiba terjatuh dihadapanku, keluar dari sebuah lubang hitam mengerikan. 

Jantung seketika berdetak semakin cepat, telapak tangan mulai mengeluarkan keringat dingin dan aku yakin wajahku mulai berubah memutih. Beberapa menit aku masih dalam keadaan yang sama hanya diam membatu melihat orang tadi masih tergeletak tak bergerak entah ia telah mati atau masih hidup, sampai akhirnya, aku mulai bisa berpikir jernih dan berniat untuk mulai melangkah mundur dan berlari dari kejadian yang akau alami itu. 

Satu kaki ku mulai bergerak mundur, namun "tunggu nak" orang yang tergeletak tadi berucap dengan nada seorang laki-laki. "tunggu nak" dengan terbata-bata laki-laki itu kembali berucap bersamaan dengan itu ia mulai merangkak mendekati ku sampai akhirnya dia berhenti 1 meter didepanku meraih tanganku dan memberiakan sebuah benda,"terima ini nak, jaga benda ini dengan seluruh jiwa dan ragamu kamulah kini yang terpilih" ucap pria itu.

 "ayu..." seseorang memanggilku, "ayuu ..." sekali lagi terdengar di telingaku, " ayuu ..." panggilan ketiga membuatku menoleh ke arah panggilan itu berasal, ternyata itu sahabatku Lia. Tak lama setelah itu kembali ku palingkan wajahku menuju pria tadi. Namun betapa terkejutnya aku, laki-laki tersebut ternyata sudah menghilang entah kemana, meninggalkan sebuah benda yang ketika ku lihat ternyata sebuah arloji kuno dengan rantai kecil yang bisa dikalungkan dileher.

"yu ... " sekali lagi Lia memanggilku dengan nada yang agak meninggi sekarang "YUUUU .." 

"eh iya maaf" untuk kesekina klinya Lia memanggiku akhirnya aku menjawabnya. 

" kamu ini kenapa? Di panggil dari tadi malah diem aja kamu kenapa sih ? " tanya Lia 

" eh hmmm ... barusan aku bertemu orang misterius" jawabku gugup

"orang misterius yang mana ? sedari tadi ku perhatikan kamu dari jauh kamu hanya berdiri tak bergerak entah sedang apa" jelas Lia 

" benar... tadi ada seorang lelaki seumuran ayahku datang dan memberi ku benda ini, eh..." ketika aku coba menunjukan benda yang pria misterius itu berikan, ternyata benda tersebut menghilang entah kemana. 

" hahaha kamu bercanda ya? Atau sakit ? masih pagi sudah menghayal " ledek Lia setelah melihat kelakuanku dan aku hanya diam tak menanggapinya lagi karena aku memikirkan kenapa arloji tadi bisa menghilang. "malah melamun ... ayo yu kita masuk kelas" ajak Lia dan menarik tanganku masuk kelas aku pun tak menolak ajakan tersebut. 

Aku pun masuk ke dalam kelas dengan perasaan heran yang sama seperti sebelumnya. Aku dan Lia adalah orang pertama yang datang dikelas, masih kosong dan sepi. " kmu benar-benar tidak melihat siapapun denganku tadi ?" tanyaku pada Lia yang duduk dibangku sebelahku. 

"bener yu ... aku liat kmu cuman sendiri entah sedang apa" jawab lia. 

"aneh sekali ... atau jangan-jangan itu hantu ? " ceplosku, 

"apa? Kamu bertemu hantu?" tanya Lia terkejut 

"eh tidak-tidak sepertinya ku sedang melamun saja tadi heheh" jawabku dengan sedikit tertawa. Lia pun memahami alsanku. Beberapa menit menuju bel masuk yang akan berbunyi, satu dua teman-teman sekolahku mulai memenuhi ruangan kelasku. Yang seketika berubah 180 derajat menjadi tempat yang ramai. Mereka bercerita tentang alasan-alasan mereka bisa hampir datang telat kesekolah dan sebagian besar dari mereka mempunyai alasan yang sama, mereka datang terlambat karena jalan yang macet akibat dari sebuah beton yang jatuh tiba-tiba dan menghalangi arus lalu lintas.

~~~

Bel masuk kelas pun berbunyi, semua murid bergegas masuk kedalam kelas masing-masing menimbulkan suara gadung langkah kaki dimana-mana. Kelas pun dimulai, pelajaran dimulai seperti biasanya, satu hari tak ada yang istimewa selain Figo yang selalu menjadi bintang kelas di setiap harinya. Dia terkenal sebagai anak paling cerdas di kelas, bahkan di sekolah. 

Dia pernah menjadi juara olimpiade matematika tingkat nasional dan pernah berkesempatan melanjutkan lombanya ketingkat internasional, hanya saja ia tidak bisa berhasil meraih juara pada perlombaan itu karena keadaan nya saat itu yang sangat amat kelelahan mengikuti semua tingkat perlombaan. 

Hal itulah yang kadang membuatnya marah ketika ditanya kejadian tersebut, bukan karena marah kepada orang yang menanyakan hal tersebut, namun marah meyalahkan dirinya sendiri yang tak mampu memberikan hasil yang maksimal. Guru pun masuk dan mengabsen kehadiran kami dengan memanggil nama kami satu persatu.

Episode 2

Pukul 10.00 bel  istirahat pun berbuny, anak-anak yang sebelumnya hening memperhatikan pelajaran sejarah pak Dan seketika bersemarak tak sabar untuk segera pergi ke kanti, bermain, atau bertemu seseorang di sudut belakang sekolah " ok anak-anak, untuk pertemuan hari ini kita cukupkan sampai disini, jangan sampai kalian mengerjakan tugas yang bapak tadi" seru Pak Dan sembari bersiap keluar kelas 

"iyaa ... pakkk ... " jawab semua murid dikelasku serentak. Ketika pak Dan akhirnya keluar kelas, teman- teman ku berlarian meuju kantin mencoba menjadi yang lebih dulu karena terkadang mereka kesal tidak kebagian apa-apa di kantin karena terdahului murid kesal lain padahal mereka merasa sangat lapar. 

" ayo yu kita jajan di warung bu iim, perutku sudah sangat lapar" ajak Lia padaku 

"iya sebentar" aku menutup buku pelajaran sejarahku yang sedari pelajaran aku tak enulis apapun karena seperti biasa, pelajaran sejarah cenderung jarang menulis materi karena pak Dan lebih suka melihat anak didiknya mendengarkan dengan seksama pelajaran nya terlebih dahulu baru, bila pak Dan mulai berhenti menjelaskan, itu lah kesempatan kami untuk menulis. 

Aku pun beres sedikit merapihkan meja ku "ayoo " kataku.

Aku dan Lia pun berjalan menuju warung Bi Iim yang sudah sedikit lengang karena murid-murid lain sudah datang lebih dulu sebelum kami memenuhi warung ini. "ini ya baso campur untukmu dan ini baso campur tanpa bihun untuk ayu" anak bu iim mengantar pesanan ke meja kami. Tanpa basa basi kami pun segera menyantap baso, ditengah waktu makan Figo si anak jenius ikut duduk di meja yang sama dengan kami. 

"yu sebenarny ada yang ingin aku tanyakan padamu" Lia bertanya kepadaku dengan wajah yang serius, 

"nanya apa?" aku menatapnya heran 

"apakah orang yang kau ceritakan pagi tadi adalah orang yang memakai jubah hitam dan keluar secara misterius dari sebuah portal hitam menakutkan?" betapa terkejutnya aku ketika mendengar pertanyaan Lia itu, kenapa ia bisa tau? Bukankah tadi dia sudah bilang kalo dia tidak melihat apa-apa disekitarku pagi tadi. 

"kenapa kau bisa tau? Bukannya kamu bilang tidak melihat apa-apa?" tanya ku balik kepadanya. 

" ya aku tidak melihat apapun tadi tadi, namun saat pelajaran Pak Dan, aku merasakan ada seseorang yang telah terpilih lagi menjadi bagian dari kami? " jelas Lia 

"bagian apa? " aku tak mengerti arah pembicaraaan dari sahabatku 

"kau baru saja mendapatkan benda ini kan ?" Figo ikut berbicara ternyata sedari tadi dia mendengarkan pembicaraan aku dengan Lia dan mengeluarkan benda yang ternyata sama dengan apa yang orang misterius tadi berikan kepadaku. 

"tadinya seperti itu, tapi ketika akan ku tunjukan kepada Lia benda itu tidak ada" jawabku. 

"benda itu tidak hilang, coba lihat di saku rok mu sekali lagi " pinta Lia, dan saat aku rogoh saku rok ku, sku merasakan arloji yang tadi pagi aku dapatkan. 

"selamat datang .... sekarang kau adalah bagian dari kami para penjelah waktu penghalau bencana besar di masa depan lewat masa lalu" jelas Figo dengan nada yang sedikit di kecilkan. Aku tidak mengerti maksud dari kedua sahabatku ini, namun seakan tahu apa yang aku rasakan saat itu Lia mencoba menjelaskan nya kepadaku. 

" benar Yu sekarang kamu sudah menjadi bagian dari kami, aku tak menyangka orang terakhir yang kakek tua bilang ternyata sahabatku sendiri tapi aku senang sekali ini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan" jelas Lia. 

Meskipun sebenarnya aku masih belum mengerti dengan apa yang di bicarakan kedua temanku in tapi satu yang aku tangkap dari penjelasan kedua sahabatku ini adalah dengan aku mendapatkan arloji ini berarti aku telah menjadi orang yang terpilih. 

"nampaknya kau masih belum mengerti Yu, baiklah lebih baik kita tanyakan saja kepada kakek tua " jelas Figo 

"benar" Lia menyetujui. Kakek tua ? siapa dia ? apakah orang yang memberikan arloji ini tadi pagi? Dalam benakku timbul banyak pertanyaan yang aku tak mengerti. 

"baiklah ayo..." figo mengeluarkan suatu benda yang mirip dengan Handphone dan memintaku untuk berpegangan, ketika Figo menenkan suatu tombol, nampaknya sekatika kami menjadi tak terlihat anak lain yang ada di kantin  dan unutk tombol kedua seketika muncul lubang hitam yang pernah aku lihat tadi pagi. 

" ayo kita harus cepat, sebelum bel masuk berbunyi" Jelas Lia. Figo tertawa

" kita kan bisa kembali ke masa lalu tak prlu khawatir kita akan telat masuk kelas" jelas Figo. Figo pun berjalan terlebih dahulu masuk kedalam lubang hitam tersebut dan seketika ia menghilang, lalu di susul Lia dan aku yang merasa ketakuakan untuk masuk kedalam lubang menyeramkan itu. 

"tidak apa yu ayo" jelas Lia menenagkanku, aku dan Lia sudah bersahabt lama sekali dan aku percaya padanya. Akhirnya aku mencoba masuk dengan mata tertutup bersama dengan Lia. Ketika masuk kedalam lubang itu memeng terasa seikit ada getaran-getaran yang terjadi di tubuhku namun akhirnya aku bisa beradaptasi dan mulai membuka mataku, hanya terlihat satu titik cahaya yang terus membesar dan membesar dan ternyata aku telah berpindah tempat ke suatu ruangan yang aku tidak tahu ini dimana. 

Ruangan yang sangat berantakan, dengan lantai marmer dan alat-alat aneh di meja dan lemari kaca , luasnya munkin hanya sebesar kamarku, namun ruangan ini penuh dengan barang-barang yang aku tidak tahu itu apa. "gawat ya ..." Figo menyambut kami dengan ekspresi tak menyenangkan

"ada apa?" tanya Lia, 

"nampaknya para pemimpin otoritas telah mengetahui rencana kita, mereka sudah menangkap kakek tua" jelas Figo. 

"berarti kita harus bergerak cepat, sebelum semuanya terlambat" jelas Lia dengan nada yang sangat serius. Aku masih tidak mengerti sebenrnya apa yang sedang terjadi, belum sempat aku bertanya kepada Lia, tiba-tiba atap ruangan runtuh aku mencoba menghindari puing yang jatuh, namun aku gagal, aku tertimpa dan terjepit reruntuhan yang ternyata tidak terlalu sakit. 

Kejadian tersebut membuat ku terpisah beberap meter dengan Lia dan Figo yang berhasil menghindar dari puing-puing bangunan yang runtuh. Melihat keadaanku Lia dan Figo berlarikearahku hendak membatu ku keluar dari rereuntuhan, namun betapa terkejutnya aku, tiba --tiba terdengar suara tembakan dan bersamaan dengan itu Lia dan Figo terjatuh dan terkulai tak berdaya tak lama setelah itu, sesuatu menanancap di punggu ku, penglihatan ku mulai kabur dan akhirnya akupun jatuh pingsan .

~~~

Aku pun tersadar didalam sebuah mobil transparan, tangan ku tak bisa di gerakan sepertinya terikat suatu tali transparan aku melihat Figo dan Lia tengah berbincang serius dan akhirnya mereka menyapa ku 

" kau baik-baik saja yu" tanya Lia " aku hanya mengangguk, "sepertinya tadi adalah jebakan yang disusun pemimpin otoritas untuk menangkap kita." Jelas Lia dengan nad yang lebih serius lagi sekarang .

"dimana kita?" akhirnya ku pu berhasil berkata setelah beberapa saat aku masih belum mengerti apa terjadi .

"kita di bumi di masa depan tepatnya seratus tahun dari xama kita" jelas Figo. Aku sangat terkejut mendenar hal tersebut, sekaligus merasa tak percaya, tapi ketika aku melihat keluar dengan kendaraan terbang transparan aku rasa memang ini seperti bumi, namun dengan keadaan yang sangat berbeda. 

Penuh sampah  bahkan  tingginya sudah menyamai sebuah bukit bahkan di sudut lain sampah sudah metutupi sebuah gunung, lautpun berubah menjadi lautan sampah, terombang ambing tak ada celah sedikitpun yang memperlihatkan sebuah laut, yang terlihat hanya air hitam dan bau busuk yang mulai tercium sepertinya tidak ada kehidupan di bawah sana. 

"inilah bumi kita di masa depan.,menjadi tempat sampah semua mahkluk di bumi. Pada zaman ini sampah-sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Banyak barnag-barnag yang dapat terurai karena penggunaan bahan-bahan anorganik yang tidak mudah terurai" jelas Figo " dan yang lebih parahnya lagi,robot-robot yang dibuat pada zaman kita, dizaman ini robot-robot tersebut beralih dengan kecerdasan buatan yang manusia buat menjadi penguasa bumi baru." 

"mereka membunuh semua pemimpin negara-negara dunia dan membentuk negara kesatuan untuk seluruh bumi yang dinamakan Space Generation" tambah Lia. 

"generasi luar angkasa? " tanyaku 

"ya, setelah terjadi pencemaran yang sangat luar biasa di bumi dan penguasaan dunia sudah ada pada satu pihak yaitu pepimpin robot dari segala pemimpin akhirnya mereka memutuskan unutk membangun peradaban ruang angkasa yang sedang kita tuju sekarang ini dan mereka memberi nama peradaban mereka dengan Space generation" jelas Figo.

"peradaban itu diisi oleh para robot, hampir semua manusia dibunuh, karena menurut para robot, manusia lah yan menjadi penyebab rusaknya bumi dengan segala kidak peduliannya kepada alam, membuang sampah seenaknya, membuang limbah ke sungai, mengotori laut. Menebang ribuan hektar pohon untuk dibangun perkotaan dengan gedung-gedung yang manusia berlomba --lomba membuat nya setinggi mungkin tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan sebagainya. " jelas Figo 

"lalu mengapa para robot bisa beralih menghancurkan perdaban manusia? Bukankah mereka dibuat manusia? " tanyaku 

" memang seperti itu, dizaman kita, negara-negara berusaha membuat robot secanggih mungkin, dengan memberikan para robot kecerdasan buatan, berusaha menjadi tuhan yang bisa menciptakan mahkluk hidup, namun yang namanya manusia tidak luput dari kesalahan, suatu ketika robot tercanggih diciptakan dengan kecerdasan melebihi manusia, bisa berpikir sendiri tentang apa yang terjadi di sekitarnya,kerusakan, pencemaran dan sebagainya. Dan akhirnya robot itu beralih menjadi pemberontak dengan berkesimpulan bahwa manusia harus dihapuskan dan digantikan oleh kaum robot yang tidak akan merusak bumi."   

Sungguh sebuah ironi manusia yang semakin maju peradabannya harusnya semakin maju juga pemikirannya terhadap alam yang di tinggalinya, semakin berpikiran bahwa bumi ini harus kita jaga dan semua teknologi harusnya bertujuan untuk menjaga alam tetap sejahtera. Perjalanan kita bertiga sepertinya baru saja akan dimulai. 

Karena sebab itulah kami penghalang bencana besar diciptakan. Akan banyak perdebatan dengan para pemimpin dunia dengans segala kepentingan dan keegoisannya masing-masing untuk demi kepentingan di masa depan, agar bumi peradaban bumi tidak hancur dan berakhir.

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun