Disusun oleh: Muhammad Aditya Firmansyah (34202200034), Uswatun Khasanah (34202200024), Griya Puspita (34202200033), Isnaini Nur Oktavia (34202200041), Erna Emiliana (34202200031), Diah Ayu Rahmawati (34202200002).
Dosen Pengampu: Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd.
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya fenomena bullying dikalangan anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak bullying pada masa perkembangan anak di usia remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak bullying terhadap perilaku korban mengakibatkan korban merasa takut dan menarik diri dari pergaulan sosial, mendiamkan saja, menggunakan bullying sebagai pendorong untuk memperbaiki diri. Selain itu, siswa yang menjadi korban akan membalas dengan membully balik siswa yang membullynya dampak bullying  bagi pelaku ialah mengalimi perasaan bersalah dan menyesal pada diri pelaku. Dengan memberikan nasihat dan sugesti kepada para bullying maupun korban, sekolah dapat mengurangi dampak negatif bullying  terhadap lingkungan belajar. Hasil penelitian ini memperlihatkan kurang dari 50% subjek penelitian yang kerap dan sering melakukan bullying. Bentuk perilaku bullying verbal yang paling kerap dilakukan. Perilaku bullying pada anak dipegaruhi oleh fakor keluarga, teman sebaya, dan Pendidikan.
Kata Kunci: Dampak, Bullying, Perkembangan Anak, Remaja.
PENDAHULUAN
Ada beberapa permasalahan di sejumlah bidang yang baru saja muncul di Indonesia. Termasuk salah satu yang menjadi masalah yang harus mulai dipikirkan pemerintah Indonesia adalah mengenai banyaknya peristiwa kekerasan. Hampir setiap hari, media selalu memberitakan tentang peristiwa kekerasan, bahkan yang melibatkan anak-anak. Masyarakat saat ini melihat peningkatan kekerasan, yang terbukti dari jumlah, variasi, dan kualitas kekerasan. Kekerasan memiliki pelaku dan korban yang berbeda baik ditinjau jenis kelamin, tingkatan usia, dan latar belakang.
 Ada banyak jenis kekerasan, salah satunya adalah bullying. Bullying adalah tindakan yang menyakiti orang atau kelompok orang baik dalam bentuk kekerasan fisik, verbal, atau psikologi sering kali sulit dihindari dalam lingkungan sosial. Tindakan ini dapat dengan mudah dikenali, diantaranya adalah intimidasi, penghinaan, pengucilan, diskriminasi, ejakan, kekerasan fisik, dan mental yang dilakukan terhadap orang lain. Hal ini dilakukan untuk mencari perhatian banyak kalangan, mengingat bahwa bullying dapat berdampak buruk terhadap perkembangan psikologi anak.
 Bullying adalah suatu bentuk tindakan yang mengganggu orang lain secara fisik, emosi, dan verbal. Mulai dengan tindakan memukul, mengancam, mendorong, mengejek, dan memalak uang demi kepentingan pribadi. Bullying tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tetapi juga dapat mengirim email, chatting, internet yang berisi pesan-pesan yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Bullying adalah bentuk agresi dalam diri satu atau lebih anak secara berulang yang dengan sengaja mengintimidasi, melecehkan, atau mencelakai secara fisik korban yang dianggap membela diri sendiri. Ciri lain dari bullying adalah pengulangan dari waktu ke waktu dan ada yang tidak seimbang antara pelaku dan korban. Dimana korban mengagap diri mereka tidak mampu dan lebih lemah untuk membalas pengganggu mereka (pelaku).
 Menurut data dari komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI), ada 253 kasus bullying antara 2011 hingga 2016 dengan 122 anak yang menjadi korban dan 131 anak menjadi pelaku. Selain itu, informasi ini sangat sebanding dengan informasi yang dikumpulkan oleh kementrian pelayanan sosial. Menteri pelayanan sosial telah menerima 976 kasus pada juni 2017, 117 di antaranya adalah bullying. Menurut statistic dari UNICEF, sekitar 41 sampai 50 persen remaja di Indoneisa yang berusia antara 13 dan 15 tahun dilaporkan mengalami cryberbullying pada tahun 2016. (https://kumparan.com/kumparanstyle/kasus-bullying-meningkat-pelaku-didominasi-oleh-remaja)
Bullying tampaknya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak di zaman sekarang ini. Banyaknya aksi kekerasan dalam bentuk bullying yang dilakukan siswa di sekolah semakin banyak mempertontonkan deretan berita di halaman media cetak ataupun elektronik. Bullying terus merayap di sekolah dasar. Melekatnya perilaku bullying sehingga sulit disingkirkan. Sebenarnya karena suasana ketidaktahuan (atau penolakan), orang-orang  gagal melihat bahwa bullying tepat di depan mereka dan memiliki konsekuensi yang buruk.