Tapi jika dia mengambil rute memutari hutan, lama perjalanan malah justru akan bertambah paling cepat sehari. Namun pada akhirnya setelah membulatkan tekad dan memberanikan diri dia memutuskan masuk ke dalam hutan perlahan dengan senter sebagai pencahayaan dan sekop salju untuk melindungi diri dari bahaya.
Beberapa menit telah berlalu, Si Gadis sudah sampai di tengah hutan. Dengan berhati-hati dia telusuri hutan yang berliku tersebut dan terus berjalan ke barat. Saat sedang berjalan di pepohonan yang berakar tebal, dia tidak sengaja terjatuh akibat akar pohon.
"Aww ! Uhhh...kenapa aku selalu saja sial seperti ini," ujarnya kesakitan.
"Awoooooooo," terdengar lolongan familiar dari kejauhan tepat di kumpulah pohon lebat di belakangnya. Raut wajah Si Gadis berubah menjadi pucat pasi, segera dia bangun dan berlari menuju ujung dari hutan.
Sudah tinggal beberapa langkah lagi Si Gadis akan mencapai pintu keluar. Namun betapa terkejutnya dia ketika ternyata sedang ada badai salju lagi, sedangkan sekawanan predator masih menuju ke arahnya.
"Huft. Baiklah, sekarang atau tidak sama sekali," serunya ketika berlari nekat di tengah amukan badai. Tubuhnya yang relatif kecil tidak bisa terus menahan terjangan angin yang bisa saja membunuhnya. Dengan membulatkan tekad, dia tahu bahwa tidak ada yang mustahil,namun sayang sekali baginya karena tidak semua hal itu tidak berguna pada akhirnya.
"A-ayo, kuatkan d-dirimu, ayo !" gumamnya terus menerus seraya menembus badai yang ganas. Namun sepertinya tidak semua usaha mendatangkan hasil yang baik.
Tubuhnya kewalahan dengan beban dari terjangan salju serta rasa sakit di kaki kirinya yang kembali terbuka. Setelah terus berjalan, tubuhnya sendiri memutuskan untuk menyerah dan dia terbaring lemas di tengah gurun salju dengan badai yang bisa saja menguburnya hidup-hidup serta belum menghitung kemungkinan bahwa para hewan buas masih mengincarnya.
Di sanalah dia, terbaring putus asa tanpa ada seorang pun yang dapat menyelamatkannya dari takdir kejam yang sebentar lagi akan merenggut nyawanya. Gerombolan serigala yang tadi mengejarnya dari kejauhan saja sudah menemukan tubuhnya dan pada saat itulah Si Gadis sudah menyerah dan pasrah akan apa yang akan terjadi.Â
Para serigala sudah siap menerkamnya, namun entah dari mana datang sesosok pria paruh baya membawa flare gun, dan menembakkan beberapa ke arah kawanan serigala itu untuk menakuti mereka.Â
Sayangnya itu tidak cukup, masih ada yang mencoba menerkam SI Gadis dan Si Pria.Si Pria pun mengeluarkan sebuah shotgun tua, dan menembakkan ke arah para serigala. Beruntungnya mereka takut karena suara yang dihasilkan dan lari terbirit-birit. Setelah keadaan lebih aman, seorang gadis yang jauh lebih muda mendekati Si Gadis dan menolongnya.