"Ssss...Aw !" rintihnya menahan rasa sakit. Tanpa sadar Si Gadis pun meneteskan air mata, namun dia tetap berusaha untuk mengabaikan rasa sakit itu.
"Sssssss..."
Setelah beberapa kali dikompres, lukanya sudah mulai sedikit membaik dari keadaan sebelumnya, namun ini belum usai. Selanjutnya dia perlu mengompres lukanya dengan air hangat. Untuk itu dia berniat untuk menyusuri bangunan tua tersebut dengan maksud mencari perapian agar dia dapat memanaskan es untuk air sekaligus menghangatkan dirinya.
Si Gadis berjalan menyusuri ruang tempatnya masuk. Setelah mengamati dengan lebih seksama bangunan itu sepertinya adalah bekas rumah sebuah keluarga yang sudah lama ditinggalkan. Dia menemukan pintu yang menuju ke sebuah lorong dan dengan membawa lampu senter sebagai alat pencahayaan dia berjalan perlahan menuju ruangan yang lain.Â
Si Gadis menemukan banyak barang yang sudah berantakan dan tidak terurus mulai dari pakaian, furnitur, dan lain-lain. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah sebuah bingkai foto usang yang di dalamnya ada foto keluarga seorang pria dewasa ditemani oleh seorang wanita yang kelihatannya adalah istrinya dan didampingi oleh putra dan putri mereka.Â
Seketika ada perasaan sedih dan rindu yang tercampur dengan rasa penyesalan di hati Si Gadis ketika melihat foto tersebut yang mengingatkan dia akan keluarganya sendiri. Seketika matanya mulai berkaca-kaca akan tetapi dia masih berusaha untuk tetap tegar dan menghapus air matanya.
Setelah dia menghapus air matanya dan terlintas dalam benaknya "Mungkin mereka adalah keluarga pemilik rumah ini. Tidak ada seorang pun yang masih menetap di sini, bisa jadi mereka sudah pindah ke tempat yang lebih aman...atau mungkin..." Si Gadis berhenti di tengah kalimatnya, tidak ingin dia memikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin menimpa keluarga tersebut.
Si Gadis meletakkan bingkai tersebut dengan posisi foto menghadap ke bawah, untuk menghormati keluarga tersebut. Dia pun kembali menyusuri bangunan itu dan pada akhirnya menemukan sebuah ruangan yang cukup besar dan dilihat dari kelihatannya seperti ruang tamu yang sudah lama tidak digunakan. Di sana tampak sebuah perapian yang sudah terbengkalai.
Abu dan arang sudah berhamburan dari tungku api yang sudah lama tidak dinyalakan. Si Gadis mengambil sebuah kayu yang masih kering dan kertas koran lama yang berhamburan di dekat perapian ruangan itu. Saat sekilas membaca koran tersebut, Si Gadis merasa familiar dengan berita yang tertulis di koran lama itu.
"LAPISAN OZON SEMAKIN MENIPIS, BUMI TERANCAM RADIASI MATAHARI"
Dari Headline itu Si Gadis kembali teringat peristiwa 4 tahun yang lalu, dimana terjadi berbagai kepanikan di seluruh penjuru dunia. Namun dia berusaha untuk menghiraukannya dan lebih fokus untuk menyalakan perapian untuk menghangatkan diri serta mengobati lukanya.