Gema  : Begitulah aku sangat menyukai hitung-menghitung, aku sangat suka dengan permainan angka.
Genta  : Sangat luar biasa pasti kamu ingin menjadi dewa matematika.
Gema  : Tidak juga.
Genta  : Kamu harus punya cita-cita untuk menjadi ahli matematika, karna kita hidup di zaman revolusi sains, dan semua penumuan-penemuan itu pasti didalamnya tidak luput dari hal-hal yang dihitung, orang bisa membuat tembakan, pasti akan menghitung kecepatan peluru dan jarak untuk menembus ke target, kita bisa membuat listrik, nuklir, bangunan-bangunan tinggi, kita bisa membuat roket untuk pergi ke bulan dan itu membutuhkan orang yang ahli matematika. Kamu pasti akan menjadi orang yang terkenal, dan matematika itukan ilmu yang pasti.
Gema  : Memang sangat benar yang kamu katakan, semua penemuan itu tidak terlepas dari hal-hal yang hitung-hitungan tapi aku sangat tidak setuju sama omongan kamu yang terakhir, aku tidak ingin menjadi orang yang terkenal
Genta  : Memangnya kenapa, kita diharuskan untuk terkenal agar dikenal..
Gema  : Sebenarnya aku sangat takut ketika aku ditakdirkan sebagai ahli matematika, aku takut ketika keahlianku menjadi beban dan harus di pertanggung jawabkan.
Genta  : Apa maksudnya?, aku tidak paham yang kamu katakan.
Gema  : coba kamu pikirkan, perang terjadi karna mereka masing-masing menciptakan dan memiliki senjata, kan kamu sudah tahu bahwa senjata itu pada saat penciptaanya ada ahli matematika juga, dan keahlianku digunakan untuk membunuh orang secara membabi-buta, dan masih banyak lagi.
Genta  : Memang banyak ilmuwan-ilmuwan yang di perdayakan oleh ekonomi, politik dan agama untuk tujuan yang tidak mulia, tapi terkadang ilmuwannya juga menuruti karna mereka dibayar dengan uang yang sangat banyak. Apakah kamu ketika menjadi ilmuwan akan seperti itu?
Gema  : Aku sudah katakan , aku takut ditakdirkan menjadi ahli matematika artiannya aku menolak menjadi ilmuwan yang seperti itu, ilmuwan yang tidak sadar bahwa keahliannya membahayakan orang banyak.