Perbedaan mencolok terletak saat konteksnya menyimak dosen. Saya tak pernah sibuk mencatat materi. Saya hanya akan fokus memahami perkataan dosen, masuk ke dalam dialog yang disuguhkan.
Saya hanya mencatat dua muatan: pertanyaan yang tiba-tiba terlintas, dan kata kunci yang entah bagaimana memikat saya untuk diperdalam lebih lanjut. Satu-satunya hal yang dekat di hati saya adalah hasrat untuk membawa pemahaman pulang ke rumah.
Menulis (dan berdiskusi) untuk berpikir
"Seseorang tak bisa berpikir tanpa menulis," kata Niklas Luhmann. Saya suka gagasan itu, sebab saya merasakannya. Jika saya ingin menghabiskan waktu untuk berpikir serius tentang suatu persoalan, saya akan menulis.
Menulis membantu saya untuk memperjelas pikiran, termasuk tentang apa yang sedang saya pikirkan. Kendati sering juga saya tak berdaya untuk mengubah abstraksi pikiran jadi kata-kata, tapi itu masih berguna untuk mengklarifikasi pemahaman saya.
Di samping itu, bagaimanapun, menulis adalah kegiatan terisolasi. Dialog yang terjadi hanyalah antara saya dan aku. Dalam hal ini, meski tak sesering menulis, saya juga merasa perlu untuk berdikusi dengan orang lain, berpikir bersama dan saling berbagi gagasan.
Kerjakan ujian sebaik mungkin
Hal-hal di atas sebenarnya tak secara spesifik saya tujukan untuk menghadapi ujian. Lebih tepatnya, semua itu saya lakukan untuk pertumbuhan intelektual saya.
Justru, karena saya menghasilkan cukup banyak catatan dan gagasan berkat semua itu, saya dapat mengerjakan ujian dengan lebih efektif dan efisien. Dalam arti tertentu, saya "mengerjakan" ujian jauh sebelum soal ujian itu diberikan.
Dulu saya seorang pragmatis: saya mengerjakan ujian hanya untuk memeroleh nilai yang bagus. Itu tak salah, tapi tak baik pula.
Jika ujian berarti mengevaluasi apa yang dipelajari selama proses pembelajaran, maka itu bukan sebatas mesin angka semata, tapi terutama sarana mencurahkan ide dan gagasan yang kita pelajari dengan susah payah.
Jadi, penting bagi saya untuk mengerjakan ujian sebaik mungkin. Terlebih, jika cukup beruntung, kalaulah sewaktu-waktu ada tugas atau ujian lain yang soalnya kurang-lebih sama atau bersinggungan, saya tak akan repot-repot bekerja dua kali.
Mungkin satu-dua gagasan perlu direvisi, tapi tetap saja, saya hemat waktu dan tenaga.