Sebelum tidur, saya biasanya mengatur jadwal tentang apa yang perlu saya lakukan esok hari. Sekali lagi, ini adalah soal "apa yang mesti saya lakukan", bukan "apa yang ingin saya hasilkan". Keduanya berbeda, dan karenanya membuat perbedaan (signifikan).
Kendati begitu, saya tak serta-merta jadi kaku dalam menjalankan rutinitas. Ada pepatah begini: "Saat kita berhenti membuat rencana, saat itulah kita mulai belajar." Maksudnya, gagasan berharga jarang datang kepada mereka yang kaku dan keras kepala.
Dalam hal ini, saya memang perlu petunjuk tentang apa-apa yang perlu saya lakukan sesuai beberapa kewajiban yang saya miliki. Ini semacam pengingat. Di sisi lain, saya juga sering menemui hambatan atau kendala yang mengharuskan saya mengubah rencana.
Jadi, saya tak ragu untuk mengubah jadwal. Semisal, saya berencana untuk mengerjakan tugas kuliah sepanjang malam. Jika tenggat waktu pengumpulan belum mepet, dan ternyata saya lebih tertarik untuk menulis hal lain, saya mengubah rencana dengan tetap produktif.
Terlebih, jika saya menginginkan sesuatu, itu memerlukan lebih banyak waktu. Hal yang benar-benar mengganggu saya adalah kurangnya waktu. Saya tak suka dibuat tergesa-gesa karena itu sangat menyakiti pikiran saya.
Makanya, saya adalah tipe yang mengerjakan tugas lebih awal, tapi mengumpulkannya di detik-detik terakhir. Jarak antara pemberian dan pengumpulan tugas, dengan kata lain, tak hanya saya gunakan untuk menyelesaikan tugas itu, tapi juga melibatkan proses inkubasi.
Saya akan menjelaskan lebih lanjut tentang inkubasi di poin terakhir.
Mencurahkan perhatian penuh pada setiap tugas
Hari ini, kita dikelilingi oleh lebih banyak sumber gangguan dan lebih sedikit kesempatan untuk melatih rentang perhatian kita. Alhasil, kita punya godaan besar untuk melihat lebih dari satu hal pada saat yang sama.
Dan memang, banyak orang mengaku cukup pandai multitasking.
Bagi sebagian orang, itu adalah salah satu keterampilan terpenting untuk mengatasi informasi yang berlebihan saat ini. Namun, multitasking bukanlah seperti yang kita kira. Itu tak berarti memusatkan perhatian pada lebih dari satu hal sekaligus. Tak ada yang bisa melakukan itu.
Saat kita mengira kita melakukan banyak tugas, yang sebenarnya kita lakukan adalah mengalihkan perhatian kita dengan cepat di antara dua (atau lebih) hal. Dan setiap perpindahan itu menguras kemampuan kita untuk fokus secara mendalam.