Karenanya, kecuali untuk hal-hal kecil seperti menonton sambil mengirim pesan WA, saya menghindari multitasking. Saya selalu berusaha mencurahkan perhatian penuh pada setiap tugas, dan jika saya hendak mengerjakan hal lain, saya berhenti dan berpindah fokus.
Membaca untuk paham
Sebagian orang acapkali mengalami action bias ketika membaca: mereka mengira telah paham akan suatu hal dengan membaca, padahal itu tak lebih dari perasaan belaka. Terlebih jika mereka membaca hanya untuk buru-buru menjawab suatu pertanyaan.
Pada kasus tertentu, utamanya jika memang darurat, itu boleh-boleh saja. Tapi, untuk perkembangan intelektual dan mengerjakan ujian, itu buruk. Dalam hal ini, membaca dapat dengan mudah membodohi kita sehingga percaya bahwa kita memahami sebuah teks.
"Prinsipnya adalah Anda tak boleh membodohi diri sendiri, dan Anda adalah orang yang paling mudah dibodohi," ujar fisikawan dan pemenang Nobel Richard Feynman dalam pidatonya kepada para ilmuwan muda.
Saat kita merasa familier dengan sesuatu, kita mulai percaya bahwa kita juga memahaminya. Meskipun jelas bahwa keakraban bukanlah pemahaman, kita tak punya kesempatan untuk mengetahui apakah kita memahami sesuatu sampai kita menguji diri kita sendiri.
Kalau kita tak mencoba memverifikasi pemahaman kita selama belajar, kita akan hanyut dalam keyakinan palsu tentang betapa pintarnya kita, sementara pada kenyataannya kita tetap sebodoh sebelumnya.
Saya biasa menguji pemahaman saya dengan mencoba menjelaskan apa yang saya baca dengan kata-kata sendiri secara tertulis. Seperti yang dikatakan John Searle, "Jika Anda tak bisa mengatakannya dengan jelas, Anda belum memahaminya."
Itulah mengapa saya sering membuat dan mengarsipkan catatan.
Buat dan arsipkan catatan
Membuat dan mengarsipkan catatan selama pembelajaran, entah saat membaca buku atau menyimak dosen, bukanlah metode yang unik; banyak orang sudah melakukannya, dan mungkin jauh lebih baik daripada cara saya.
Tapi, setidaknya menurut pengamatan saya terhadap sejumlah teman, saya agak lain. Jika konteksnya membaca buku, saya hanya akan mencatat poin-poin penting dan menarik di buku kecil, dan lalu mencantumkan referensi yang saya rujuk.
Saya berusaha mencatatnya sesingkat mungkin untuk memastikan bahwa saya mengerti inti gagasannya, dan di lain waktu saya mengembangkannya sendiri sesuai konteks yang saya hadapi. Kreativitas saya, oleh sebabnya, sering bermula dari koneksi catatan-catatan ini.