Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Surat untuk Adikku: Ibu Kita Seorang Filsuf

22 Desember 2021   16:17 Diperbarui: 31 Desember 2021   19:48 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua yang demikian menjadi semacam "tuhan alternatif" karena berusaha untuk menentukan jalan hidup anaknya, meskipun dalam kadar tertentu tidaklah keliru.

Andaikan Ibu termasuk tipe ini, mungkin Ibu akan menekan kita supaya aku menjadi saintis dan kamu menjadi atlet sepak bola. Tetapi Ibu tidak pernah melakukan itu pada kita, dan kau tahu itu. Kau tahu mengapa?

Ibu mendidik kita dengan cinta, bukan harapan.

Suatu ketika Ibu pernah berkata padaku, "Ibu tidak tahu bagaimana caranya menjadi seorang ibu untuk kalian. Apa yang Ibu tahu, kalian adalah darah-daging Ibu sendiri dan tidak ada hal lain yang Ibu warisi kepada kalian selain cinta."

Dan sekarang, aku bisa merasakan dalam setiap aliran darahku terkandung benih-benih cinta yang dulu Ibu tanamkan padaku. Cobalah pikirkan lebih mendalam perihal itu; aku sudah memberimu petunjuk sepanjang tulisan ini.

Meskipun tidak diakui oleh dunia, tetapi Ibu adalah satu-satunya filsuf yang kita miliki dalam kehidupan kita, dan aku yakin Ayah juga demikian andaikan dia hidup lebih lama dan melihat kita tumbuh dewasa.

Jadi Adik Kecilku, meskipun aku jauh darimu, tetapi rentang jarak yang memisahkan kita tidaklah berarti apa-apa, sebab Ayah dan Ibu selalu mendekatkan kita dengan cara yang tak terjelaskan.

Kita dilahirkan dari rahim yang sama, dan karenanya kita dianugerahi oleh cinta yang sama; dari seorang perempuan yang menangis tanpa air mata dan memeluk kita di bawah naungan bintang-bintang pada suatu malam.

Aku ingin memberitahumu satu hal: ingat kembali semua nasihat Ibu dan renungkan perlahan-lahan secara mendalam. Kau mesti bersabar untuk melakukannya.

Pikirkan sekali lagi; hal-hal yang indah memang sering menyembunyikan dirinya dari kita.

Lihatlah bersamaku seluruh kehidupan yang indah sekaligus mengerikan ini. Meskipun kita sering mati diterjang arus kehidupan yang ganas, tetapi Ibu akan selalu membuat kita terlahir berkali-kali, sekalipun eksistensinya sudah tiada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun