Lagi pula, kesombongan dan ego yang kita tunjukkan pada dunia, sehalus apa pun itu, dengan sendirinya akan menjerumuskan kita pada bagian tergelap dari diri kita sendiri. Kita terjatuh ke dalam ngarai yang kita ciptakan sendiri.
Sebenarnya ketika kita menunjukkan pada orang lain tentang betapa hebatnya kita, secara tersirat, mereka memberi kita beban supaya "label" kehebatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Masalahnya adalah, tidak ada jenis kehebatan apa pun yang dapat kita lakukan sepanjang waktu. Jika pada titik tertentu kita terjatuh dan tergelincir dalam "jalan ideal" kita sendiri, akankah dunia mengerti bahwa permainannya memang seperti itu?
Belum tentu.
Pada akhirnya, mereka hanya akan terus menekan kita dan kita tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk bangkit selain duduk meringis dalam kebencian pada diri sendiri.
Kehormatan itu seperti baju besi. Kita pikir itu membuat kita tetap aman, tapi semua itu malah membebani kita dan membuat kita sulit untuk bergerak.
Saya cukup bangga ketika berulang-ulang saya menemukan bahwa saya bukan siapa-siapa. Dan itu bukan berarti saya sama sekali tidak punya keunggulan apa pun. Sebongkah berlian tidak membutuhkan pengakuan siapa pun untuk menunjukkan bahwa dirinya amat indah.
Dia indah pada dirinya sendiri.
Karena saya sedemikian "tidak pentingnya", saya merasa bebas untuk eksis menjadi diri saya sendiri yang apa adanya. Hal terpentingnya adalah, saya punya misi sebagai manusia dan mengaktualkannya dengan cara saya sendiri.
Ketika orang lain memuji saya, jauh dalam lubuk hati, saya selalu tahu bahwa suatu waktu dia akan kecewa terhadap saya dan itu tidak apa-apa. Atas alasan yang berdasar, saya tidak menggantungkan diri saya pada harapannya terhadap saya.
Hingga kapan pun, setiap halaman dongeng kehidupan saya harus ditulis dengan pena serta kehendak saya sendiri dan bukannya oleh pena dan kehendak orang lain.