Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Biarkan Orang Lain Menikmati Rasa Bangganya

7 Oktober 2021   16:45 Diperbarui: 16 Oktober 2021   17:00 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, jika Anda benar-benar hebat, Anda tidak perlu melakukan apa pun untuk membuat "musuh-musuh" Anda merasa segan terhadap Anda. Semakin keras usaha Anda supaya dikagumi mereka, semakin jelas konfirmasi Anda bahwa Anda tidak dikagumi.

Kebanggaan tidak didapatkan dari kesenangan memiliki sesuatu; perbandinganlah yang membuat kita bangga: kegembiraan berada di atas yang lain. Begitu elemen kompetisi lenyap, rasa kebanggaan pun hilang.

Saya pikir panggung dunia memang tempat yang punya potensi untuk dijadikan arena berkompetisi seperti serigala yang saling memakan antar-kawanannya.

Tetapi tidaklah etis jika kita menggunakan pisau untuk membunuh orang, sedangkan ia sangat bermanfaat untuk membantu kita dalam memasak.

Dunia punya potensi untuk menjadi panggung kompetisi dalam selimut kedamaian, tapi toh kita tidak "meng-upload" itu karena beberapa pihak punya kekuasaan yang lebih besar dari yang lain sehingga acapkali suara mayoritas hanyalah badai kesenyapan yang mengolok-olok padang Sahara.

Barangkali itu terlalu "melangit", tapi intinya adalah, kita perlu membiarkan orang lain untuk menikmati rasa bangganya dan kita mendengarkan mereka untuk memahami, bukan untuk beradu pencapaian terhadapnya.

Kita tidak perlu tampil sempurna di hadapan dunia karena toh apa pun yang kita lihat hanyalah "topeng" dari kesejatian yang selalu menyembunyikan dirinya dari kita. Tugas kita adalah melihat kesejatian itu dengan melampaui fenomena fisik.

Barangkali kita sering lupa bahwa selain mata visual, kita juga memiliki mata hati yang bisa melihat sesuatu yang tidak tampak di mata visual.

Ingatlah bahwa ketika Anda berusaha menunjukkan diri Anda yang tanpa celah pada dunia, tidak setitik cahaya pun yang akan mampu menerangi kedalaman diri Anda yang amat gelap.

Saya selalu yakin bahwa tidak apa-apa untuk membiarkan celah-celah tertentu diketahui orang lain sehingga mereka sedemikian mengerti bahwa saya pun sama "cacatnya" seperti mereka, dan saya ingin mengerti tentang bagaimana memperbaiki itu setelah semua cahaya terperangkap dalam diri saya.

Atau dengan metafora yang lain, cahaya itulah yang dengan sendirinya memperbaiki saya seiring waktu. Keangkuhan akan membuat saya tetap berlari meskipun cinta telah mengkhianati saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun