Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Konsumerisme, Penjajahan Modern yang Terabaikan

13 Agustus 2021   05:30 Diperbarui: 13 Agustus 2021   05:30 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsumerisme telah menjadi semacam "penjajahan" yang disetujui | Ilustrasi oleh Andrea Piacquadio via Pexels

Apa pun jawaban yang saya berikan, kenyataannya hanya satu: formalitas. Bahkan ketika mobil itu memang milik saya, sebenarnya saya memamerkannya atau tidak, itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa saya telah mampu membeli mobil tersebut.

Tapi dengan cara pamer, seluruh dunia (seolah-olah) akan mengakui itu.

Ironi dari tren semacam itu adalah banyaknya kepalsuan yang kita anggap sebagai kenyataan. Kita terjebak dalam dunia yang bertopeng. Ketika semua ini tidak berhenti, maka kita pun punya sampah jenis baru: sampah visual.

Dunia digital kita menjadi dipenuhi oleh sampah-sampah kepalsuan; sampah-sampah topeng. Dan apa yang lebih buruk dari itu? Ketika kita merasa iri oleh kepalsuan itu. Ah, dunia semakin jelas bagaimana ia akan hancur.

Pada akhirnya, tulisan ini datang sebagai pengingat bahwa selama ini kita telah dijajah oleh sesuatu yang begitu halus sehingga sulit untuk disangkal. Kita mengalami penjajahan yang terselubung seperti api pada rokok yang terkesan menyenangkan, padahal beracun.

Konsumerisme telah menjadi "penjajah yang disetujui" kehadirannya. Mirip seperti kedatangan Jepang ke Indonesia yang merayu-rayu bahwa mereka adalah "saudara kandung" kita.

Dampak dari menerima penjajahan dengan sukarela adalah, perlu perjuangan besar-besaran agar bisa "merdeka" kembali. Dan itulah yang menjadi tugas kita sekarang ini. Hidup sederhana tidak lagi dipuja-puja sebagaimana yang dilakukan pendahulu kita.

Lebih buruk lagi, hidup sederhana dianggap sebagai ciri kemiskinan dan bahwa kita tidak pernah bekerja keras untuk menjadi kaya. Begitu pun tulisan semacam ini yang kenyataannya tidak begitu dipedulikan, malah ditertawakan sebagai lelucon yang dilebih-lebihkan.

Tapi saya serius, jika Anda bisa memberitahu orang lain tentang masalah ini, Bumi akan sangat berterima kasih pada Anda.

Orang merasa bangga dengan mobil-mobil yang mereka beli, kemudian memamerkannya sebagai konten YouTube atau foto di unggahan Instagram. Itu adalah bukti kerja keras mereka, dan bahwa mereka begitu bangga terhadap dirinya sendiri.

Namun sisi gelapnya, maka mereka pun begitu bangga menerima fakta lain bahwa mereka ... akan mencemari lingkungan yang telah lama krisis dan semakin memperlebar kesenjangan sosial yang menjauhkan kita dari sila ke-5 Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun