Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Konsumerisme, Penjajahan Modern yang Terabaikan

13 Agustus 2021   05:30 Diperbarui: 13 Agustus 2021   05:30 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsumerisme telah menjadi semacam "penjajahan" yang disetujui | Ilustrasi oleh Andrea Piacquadio via Pexels

Oh ya ampun ... jika Anda melihat saya memakannya dalam video, percayalah, saya berusaha untuk tidak menelannya hingga video itu benar-benar selesai. Atau seandainya es krim itu sudah tertelan, saya tidak akan buang air besar selama saya bisa menahannya.

Bahkan jika saya terlanjur buang air besar, saya akan "mengoreknya" dengan penuh harapan. Ayolah, kita berpikir realistis. Sekalipun saya seorang sultan yang menandakan emas itu tidak berarti apa-apa, saya tetap tidak tahu apa manfaatnya untuk saya selain demi gengsi.

Sepertinya teori Karl Marx tidak berlaku lagi di masa sekarang. Kala itu, status sosial seseorang ditentukan oleh kemampuan produksinya (kapitalisme).

Kenyataannya di masa sekarang, konsumsilah yang menjadi penentu tentang siapa seseorang. Kesenjangan sosial pun, pada akhirnya, tidak lagi berjarak karena kelas sosial, melainkan karena perbedaan selera individu.

Ini menggelikan, saya selalu tertawa ketika mengingat fakta tersebut. Alasan utamanya, fakta itu mengingatkan saya pada pengalaman pribadi ketika hendak memimpin rapat organisasi.

Kala itu saya mengenakan kaos polos dan celana training (karena saya akan berganti pakaian resmi ketika tiba di lokasi). Saya datang lebih awal dan ruangan rapat masih kosong. Di sana hanya ada dua orang yang sedang membereskan bangku, dan mereka memerhatikan saya.

"Hei, kamu ini diam-diam saja! Coba bantu kami, sebentar lagi mereka akan berdatangan," kata salah satu dari mereka. Saya dengan senang hati membantu mereka. Tapi mengenaskannya, saya diberi tugas yang lebih banyak daripada sekadar menggeser bangku.

Ketika rapat dimulai, saya duduk di depan dan memimpin rapat. Dari kejauhan, saya bisa melihat mereka dengan raut terkejut seakan tidak menyangka bahwa saya adalah ketua dari organisasi yang masih asing bagi mereka.

Itulah contoh yang menggelitik bahwa simbol jauh lebih diperhatikan oleh banyak orang. Meminjam istilah Pierre Bordieu, kita berada pada masa "dominasi simbolik". Dan ketika kita lebih peduli pada simbol, konsumerisme tidak lagi terkendalikan.

Implikasi nyata dari adanya pola hidup yang konsumtif adalah memuncaknya ajang pamer. Merajalelanya media sosial seakan-akan telah mewadahi setiap orang untuk memamerkan apa yang telah dibelinya.

Sekarang katakanlah saya mengunggah foto di Facebook di mana saya sedang memegang roda kemudi mobil Ferrari. Saya tahu betapa mengesankannya hal tersebut. Tapi pertanyaan besarnya: apakah Anda percaya bahwa mobil itu benar-benar milik saya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun