Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Konsumerisme, Penjajahan Modern yang Terabaikan

13 Agustus 2021   05:30 Diperbarui: 13 Agustus 2021   05:30 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsumerisme telah menjadi semacam "penjajahan" yang disetujui | Ilustrasi oleh Andrea Piacquadio via Pexels

Cara kerja masyarakat konsumen tidak berkelanjutan. Kita saat ini menggunakan sumber daya alam Bumi secara berlebihan dengan lebih dari 70 persen. Sedangkan sistem linier itu sendiri, pada dasarnya, adalah mengubah sumber daya alam menjadi limbah belaka.

Dengan menggunakan data terakhir pada tahun 2005, 59 persen sumber daya dunia dikonsumsi oleh sepuluh persen populasi terkaya. Sedangkan sepuluh persen termiskin hanya menyumbang 0,5 persen dari pemanfaatan sumber daya.

Lagi-lagi, kita berhadapan dengan jurang pembatas antara si kaya dan si miskin. Masalah kesenjangan sosial bukan hanya terjadi di negara berkembang, tapi juga di negara maju. Jika kita fokus ke negara-negara Barat yang budayanya "paling berkembang", masalahnya lebih besar lagi.

Jika semua orang hidup seperti konsumen Barat, kita akan membutuhkan 5 planet untuk menyokong kehidupan kita. Dan jumlah konsumen selalu bertambah setiap detiknya. Kelas konsumen akan tumbuh dari 3,5 miliar pada tahun 2017 menjadi 5,6 miliar pada tahun 2030.

*Konsumen di sini merujuk pada seseorang yang tergolong ke dalam kelas menengah, juga membeli barang dan/atau jasa di luar batas kebutuhannya.

Konsumerisme menjadi pelaku yang patut kita tuntut pertanggungjawabannya. Mengapa? Sedikit banyak, konsumerisme telah mengarahkan kita pada sistem kapitalis yang banyak dihujat sejak masa Karl Marx.

Kapitalisme bekerja dengan bentuknya yang lebih modern: memproduksi dan menjual barang dan/atau jasa. Semakin banyak yang diproduksi maupun yang dikonsumsi, semakin pesat pula kemajuan dan kemakmuran kita.

Atas alasan "positif" itulah pola konsumsi sekarang ini kurang mendapatkan perhatian. Alasan lainnya adalah, tidak diragukan lagi, bahwa itu merupakan yang paling sulit untuk diubah.

Pola konsumsi kita adalah bagian dari kehidupan kita sehingga untuk mengubahnya akan membutuhkan perombakan budaya besar-besaran, belum lagi dislokasi ekonomi yang parah. Penurunan permintaan produk akan terjadi secara "ekstrem", dan efek lainnya segera menyusul.

Sejak tahun tahun 1992, para ilmuwan telah memperingatkan umat manusia untuk segera mengurangi budaya konsumerisme dengan mempertimbangkan dampak-dampak terhadap lingkungan yang akan semakin parah.

Setelah dikaji kembali pada tahun 2017, para ilmuwan menemukan bahwa keadaannya menjadi jauh lebih buruk. Lebih dari 15.000 ilmuwan terkemuka di dunia telah menandatangani peringatan tersebut sebagai bentuk kepeduliannya terhadap nasib manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun