Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Mengembangkan Keraguan

22 Mei 2021   11:15 Diperbarui: 22 Mei 2021   11:34 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keraguan adalah jembatan manis menuju pengetahuan | Ilustrasi oleh Mohamed Hassan via Pixabay

Tapi seandainya Anda berani bertanya "mengapa", saya dengan senang hati memberitahu Anda bahwa klub malam yang Anda maksud sedang diincar oleh polisi karena banyak pengedar narkoba berkeliaran di sana. Saya peduli pada Anda, Nak!

Itulah perumpamaan saya jika kita punya keimanan yang buta.

Keimanan buta adalah tempat tinggal yang rapuh. Untuk menjadikannya kokoh, Anda perlu meragukannya dan menemukan kebenaran. Tuhan akan dengan senang hati menuntun kita. Dan bukankah Dia ingin kita berpikir?

Tentu saja Anda membutuhkan "fasilitas" untuk bisa meragukan keimanan Anda, entah itu pemuka agama, kitab suci, buku-buku referensi, dan semacamnya. Anda bisa memikirkannya sendiri, tetapi untuk memastikannya benar, Anda perlu fasilitas-fasilitas tersebut.

Perlu digarisbawahi bahwa ada hal-hal tertentu yang memang sepenuhnya hanya harus diimani karena sains tidak bisa membuktikannya atau rasio kita tidak bisa mencapainya, seperti keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian.

Tapi dalam kasus itu pun, kita masih bisa mencapainya dengan logika: jika surga dan neraka tidak ada, bagaimana mengadili perbuatan manusia di dunia.

Contohnya Hitler yang membunuh jutaan umat Yahudi, hukuman maksimal di dunia adalah hukuman mati yang setimpal dengan satu nyawa. Bagaimana dengan sisanya? Maka di neraka, Hitler bisa dihukum sebanyak jutaan kali yang setimpal dengan korban pembunuhannya.

Jadi ketiadaan neraka adalah ketidakadilan yang menyeramkan. Itu masuk akal, bukan? Dan karenanya keyakinan saya akan keberadaan akhirat semakin kokoh. Nah, itulah gunanya keraguan dalam beragama.

Tetapi dalam kasus "ekstrem", seperti akan turunnya Imam Mahdi (dalam kepercayaan Islam), itu hanya dapat diimani sepenuhnya. Karenanya keraguan dalam beragama juga terdapat batasannya.

Panggil saya sesat jika Anda mau, tapi saya mengalami keimanan dengan pertama-tama meragukannya. Saya harus tahu mengapa saya harus beribadah dan mengapa itu penting bagi saya; saya harus tahu mengapa ini dilarang dan bagaimana itu menjadi benar.

Saya melihat keimanan sebagai sesuatu yang membutuhkan keraguan dan kerendahan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun