Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Mengembangkan Keraguan

22 Mei 2021   11:15 Diperbarui: 22 Mei 2021   11:34 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keraguan adalah jembatan manis menuju pengetahuan | Ilustrasi oleh Mohamed Hassan via Pixabay

Ketakutan dapat menjadi keraguan ketika Anda mendapatkan perasaan itu karena suatu alasan. Karenanya jika takut, Anda sebaiknya meragukan itu.

Katakanlah bahwa Anda takut seorang teman berbohong kepada Anda. Jika Anda berhenti pada perasaan itu, Anda hanya sedang ketakutan. Tetapi jika Anda menindaklanjuti perasaan itu, Anda sampai pada tahap keraguan.

"Mengapa saya berpikir demikian? Apakah hanya karena saya tidak terlalu menyukai wajahnya? Atau apakah dia pernah mengacaukan saya sebelumnya?" Inilah tahap keraguan yang paling dasar, dan kabar baiknya, ini menjadi solusi atas ketakutan Anda.

Jadi di lain waktu, iringi rasa takut dengan keraguan; dengarkan logika di baliknya. Acapkali ketakutan kita hanyalah suatu ketidakamanan yang irasional.

Sikap "meragukan" yang keliru

Terkadang sedikit keraguan adalah tangan yang sangat keren. -- Paul Newman

Keraguan itu seperti pistol: tidak bisa digunakan dengan sembarangan, dan jika salah, ia bisa membunuh Anda alih-alih menjadi senjata.

Karenanya dibutuhkan keterampilan khusus untuk bisa menggunakan senjata itu. Tapi sebelum mempelajari manfaatnya, Anda harus tahu terlebih dahulu bahwa senjata itu juga bisa membunuh Anda sendiri.

Jadi, bagaimana keraguan dapat menjadi bumerang?

Dijadikan sebagai "produk"

Keraguan menjadi berbahaya ketika Anda menganggapnya sebagai "produk" atau hasil akhir. Dengan kata lain, keraguan yang tidak ditindaklanjuti akan menjadi bumerang bagi pertahanan diri sendiri.

Sebagai contoh, saya meragukan materi yang disampaikan oleh guru di depan kelas. Jika saya menjadikan keraguan sebagai "produk", maka saya tidak akan menindaklanjuti keraguan saya karena berasumsi bahwa itu merupakan garis finish atau hasil akhir.

Akibatnya, saya kehilangan kepercayaan terhadap guru tersebut tanpa alasan apa pun. Saya terombang-ambing dalam keraguan yang tidak terjawab bagaikan sekoci yang terapung di hamparan samudera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun