Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Melayang di Ruang Hampa

21 Mei 2021   13:57 Diperbarui: 21 Mei 2021   14:49 1760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku tidak mau sekadar hidup untuk melayang-layang di ruang hampa | Ilustrasi oleh Free-Photos via Pixabay

Baru beberapa tahun yang lalu, planet-planet di luar tata surya kita terbukti keberadaannya. Yang membuat ini butuh waktu begitu lama adalah teknologi yang ada sebelumnya tidak bisa mendeteksi planet di luar tata surya. 

Dalam jangka waktu hanya beberapa tahun, beberapa ratus planet telah ditemukan, dan sekarang diperkirakan ada planet-planet yang mengorbit, setidaknya seperempat dari jumlah bintang-bintang seperti matahari di Bima Sakti.

Jika hari ini ditanya apakah mereka percaya dengan adanya kehidupan di planet-planet lain dalam alam semesta, sebagian besar astronom akan menjawab "iya". 

Alam semesta ini sebegitu luasnya hingga apa yang terjadi di sini, di halaman mungil kita ini pastilah telah terjadi juga di banyak tempat lain. Atau begitulah yang akan mereka katakan. 

Tetapi, jika alam semesta ini tidak penuh dengan kehidupan, apa hubungannya dengan produknya yang luar biasa?

Dalam kosmologi, terdapat sesuatu yang disebut prinsip kosmologis, yang mengatakan bahwa alam semesta menunjukkan karakteristik yang sama ke mana pun Anda pergi. 

Dengan asumsi skala yang cukup besar, alam semesta bersifat isotropis, homogen, dan seragam.

Mengapa prinsip ini tidak berlaku juga untuk pertanyaan kita: bisakah kita berharap menemukan kehidupan yang tersebar di alam semesta seperti kita menemukan planet, bintang, dan galaksi? 

Atau apakah hal yang kita sebut kehidupan hanya terjadi di sini?

Saya sendiri merasa yakin bahwa di luar planet kita ini terdapat kehidupan yang mungkin punya peradaban yang lebih tinggi ketimbang kita. 

Jika Anda menganggap saya seorang pengkhayal yang gila, saya akan kembali bertanya dengan cara Anda bernalar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun