Dunia menjadi semakin sibuk dalam beberapa peradaban terakhir. Ratusan jebakan kecil membuat kita jengkel setiap harinya. Mari kita akui saja bahwa abad ke-21 menjadi masa di mana orang-orang menjalani kehidupannya dengan terlalu serius.
Dan sesuatu yang terdapat kata “terlalu” selalu tidak baik.
Pandemi yang pada mulanya diprediksi sebagai waktu istirahatnya bumi ternyata tidak demikian pada akhirnya. Umat manusia tetap menjadi sibuk dan mulai bisa hidup bersama dengan si virus itu.
Barangkali saya tahu mengapa demikian: karena kesibukan adalah (satu-satunya) cara untuk membuat kehidupan tampak berarti. Setiap orang benci menganggur, bahkan seorang pengangguran pun merasa malu.
Dalam budaya kita, menganggur sama dengan label malas. Label malas mendatangkan cemoohan masyarakat sehingga hidup dipenuhi dengan kebencian pada diri sendiri. Dan beberapa orang mulai berpikir untuk menggantungkan lehernya di seutas tali.
Itu contoh yang ekstrem, tapi saya membuatnya jelas. Di dunia yang serba teknologi ini, umat manusia menjadi sangat serius dengan kehidupan.
Sangat mudah untuk terjebak dalam berbagai pilihan sehingga mayoritas orang merasa stres karena merasa telah membuat keputusan yang buruk.
Akan tetapi, apakah demikian pentingnya hingga hidup harus dijalani dengan (sangat) serius?
"Jangan terlalu serius dalam ketidakseriusan"
Satu kelemahan terbesar umat manusia di abad ini adalah menganggap hidup sebagai kompetisi. Banyak orang menjalani kehidupannya seperti sedang lomba maraton, dan jika kalah, mereka merasa seperti pecundang dan pengecut.
Kita dapat mengerti bahwa peradaban sekarang menyediakan segala hal yang kita butuhkan. Dan ini menjadi alasan kuat mengapa orang-orang hidup dalam tuntutan kompetisi: setiap orang ingin dipandang sebagai yang paling sejahtera.
Saya tidak menyangkal bahwa kesejahteraan itu amat penting. Namun, apakah cara demikian memang etis? Tidakkah pengorbanan yang kita lakukan terlampau banyak untuk hasil yang tidak pasti? Kita harus menanyai diri sendiri tentang hal itu.
Hidup adalah mimpi bagi orang bijak, permainan bagi orang bodoh, komedi bagi orang kaya, tragedi bagi orang miskin. – Sholom Aleichem
Dalam beberapa tahun terakhir, saya menyadari (sedikit) cara kerja kehidupan. Jangan katakan saya adalah orang yang sok tahu. Satu-satunya yang saya ketahui adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa (mungkin Socrates akan mengangguk kepada saya sekarang).
Kehidupan penuh anomali. Dalam banyak kasus, hidup lebih menyukai apa yang tidak saya kehendaki. Oh ke mana semua agenda saya? Sudah sejak lama saya membakarnya menjadi abu karena keputusannya sudah bulat: saya tinggal untuk hidup.
Apa pun yang terjadi selagi napas masih berhembus, saya tidak apa-apa. Karena saya tetap hidup!
Ini bukan tentang pesimis atau optimis, ini tentang berjalan bersama kehidupan. Saya melupakan semua agenda hidup yang saya tulis setahun yang lalu untuk pergi berpetualang tanpa naskah. Dan hasilnya ... saya hidup!
Ada alasan kuat untuk tidak mengambil kehidupan dengan terlalu serius. Dalam beberapa momen, dunia begitu konyol. Sebagian momen lain, kehidupan begitu aneh. Di sisa momen lainnya, kehidupan cukup gila.
Saya menempelkan sebuah poster di dinding kamar bertuliskan, “Jangan terlalu serius dalam ketidakseriusan.”
Hidup tidak serius? Tentu saja ini bukan sekadar permainan belaka, tapi kemampuan untuk menikmati segala momen amat-sangat penting. Ini hanyalah pesan yang sederhana, bahwa sebaiknya kita tetap bersantai bersama keruwetan hidup.
Makna bersantai
Bersantai bukan berarti mengabaikan segala kewajiban. Tentu Anda tidak bisa menyamakan ini dengan kata “kemalasan”. Bersantai berarti bersikap tenang dalam keadaan apa pun yang sedang terjadi.
Dalam arti lain, ketenangan tersebut hanyalah bagian dari kesadaran Anda tentang tidak efektifnya menjadi sembrono dan tergesa-gesa. Ketika kedinginan pikiran mengitari Anda, segala sesuatu dapat menjadi mudah dan sederhana.
Bersantai juga bukan berarti tidak disiplin. Jika Anda menggantungkan perekonomian pada pekerjaan yang butuh kedisiplinan, maka Anda tidak bisa mengabaikan kedisiplinan. Ini berkaitan dengan hidup dan mati.
Bersantai berarti menjalankan kedisiplinan dengan fleksibel, tidak kaku, dan tanpa paksaan. Ini berarti Anda menyadari penuh bahwa kedisiplinan itu bukan sebuah penjara yang membelenggu, melainkan sebuah pagar pembatas agar Anda menghindari hal buruk.
Bersantai juga berarti Anda menyadari apa yang benar-benar penting. Ketika Anda dihadapkan pada banyak pilihan, Anda mengetahui bagian yang paling esensial untuk diri Anda. Inilah yang membuat Anda tetap bersantai, sebab Anda memiliki kesadaran penuh atas diri Anda.
Dalam alasan lain, bersantai merupakan efek samping dari pengetahuan Anda tentang nilai-nilai Anda sendiri. Anda mengetahui tujuan hidup Anda sehingga segala godaan yang datang dapat dengan mudah Anda tolak.
Jika Anda memahaminya, istilah “bersantai” yang saya tekankan di sini akan terdengar lebih rasional bagi Anda.
Bersantai bersama keruwetan hidup
Saya di sini menggunakan kata “bersama” dan bukannya “melawan”. Jelas ini merupakan bentuk kesadaran saya bahwa hidup (terutama di masa sekarang) memang mendatangkan berbagai keruwetan kepada kita.
Seperti yang telah saya singgung sebelumnya, orang-orang menjalani kehidupan seperti sedang berlomba. Suka tidak suka, Anda berada di dalamnya.
Tidak peduli Anda memutuskan untuk tidak mengikuti “lomba” tersebut, mereka akan menganggap Anda sebagai pihak yang kalah.
Jadi, sebaiknya Anda tidak menyangkal keruwetan itu, melainkan bisa hidup bersamanya. Oke, inilah 7 alasan kuat mengapa sebaiknya kita tetap bersantai bersama keruwetan hidup.
1. Hidup adalah rentetan dari masalah
Tidak, Pembaca, kehidupan yang tanpa masalah bukanlah kehidupan yang penuh kebahagiaan. Tidak ada kebahagiaan tanpa masalah, sebab kebahagiaan itu sendiri datang dari keberhasilan kita dalam memecahkan masalah.
Semua hal yang kita lakukan hanya untuk memecahkan masalah. Kita hidup hanya sekadar beralih dari satu masalah ke masalah lain. Dan menariknya, cara kita memecahkan masalah merupakan cara kita untuk meletakkan fondasi pada masalah berikutnya.
Begitulah kehidupan. Ketika saya memecahkan masalah kesehatan dengan mengikuti program gym, saya mempunyai masalah baru: jam berapa saya harus berangkat, bagaimana agar kegiatan tersebut tidak mengganggu kepentingan saya yang lain, dan seterusnya.
Mark Manson menjelaskan persoalan ini dengan lebih baik dalam bukunya. Jadi, silakan baca; atau sudah?
Pada intinya, ketika Anda merasa masalah Anda begitu sulit, ingat baik-baik bahwa itu hanyalah bagian dari kehidupan. Menyangkal masalah sama dengan menghindari kehidupan. Maka, satu-satunya jalan sederhana adalah pecahkan masalah, dan berbahagialah.
Tetaplah bersantai karena tenaga Anda begitu berharga untuk menghadapi masalah-masalah lain. Jika terjebak dalam satu masalah, Anda terjebak dalam kehidupan. Jadi ya ... tetap bersantai. Hidup memang berjalan demikian.
2. Kebahagiaan adalah kupu-kupu
Apa yang terjadi ketika Anda mengejar kupu-kupu? Ia semakin menjauh dari Anda. Begitu pula kebahagiaan: semakin Anda mengejar, semakin Anda menjauh darinya.
Mengejar kebahagiaan bukan saja menghancurkan diri sendiri, tapi juga tidak mungkin. Itu seperti mencoba menangkap wortel yang tergantung di seutas tali, yang terikat pada sebatang tongkat, dan menempel di punggung Anda.
Semakin Anda mengejar, semakin Anda dipaksa untuk terus maju. Ketika Anda memutuskan bahwa wortel tersebut adalah tujuan akhir, Anda niscaya mengubah diri Anda menjadi sarana untuk mengejarnya.
Ada alasan kuat mengapa mengejar kebahagiaan itu tidaklah sehat. Ketika Anda berusaha sekeras mungkin untuk itu, apa yang Anda dapatkan hanyalah ketidakpuasan. Jika A membuat Anda bahagia, tidak berselang lama, Anda menginginkan B, dan seterusnya.
Mengejar kebahagiaan merupakan nilai beracun yang telah sekian lama menandai kebudayaan kita. Itu menghancurkan diri dan menyesatkan.
Hidup dengan baik bukan berarti menolak penderitaan, yang sesungguhnya adalah menderita untuk alasan yang benar. Karena jika memang hidup ini pada hakikatnya memaksa kita untuk menderita, sepatutnya kita belajar untuk menderita secara tepat.
Kebenarannya bukanlah mengejar kebahagiaan, melainkan menjadi bahagia. Saya menuliskannya lebih lengkap di sini.
3. Kekayaan tidak menjamin kebahagiaan
Ketika para peneliti berkali-kali mencoba untuk mencari tahu tentang apa yang membuat orang bahagia, mereka selalu sampai pada kesimpulan yang sama: hubungan pribadi membuat perbedaan terbesar.
Pada kenyataannya, kekayaan (yang selama ini orang-orang perjuangkan) tidaklah berkorelasi dengan kebahagiaan. Pemenuhan kebutuhan dasar hanya membuat perbedaan yang sangat kecil terhadap kesejahteraan manusia secara keseluruhan.
Tetapi dengan menghargai kebahagiaan kita ketimbang uang, kita akan melakukan apa saja untuk menghabiskan waktu bersama teman, keluarga, rekan kerja. Ini memicu makna kehidupan yang besar terhadap diri kita sehingga kebahagiaan dapat lebih lekat dalam diri kita.
Sekarang Anda dapat mengerti betapa pentingnya untuk memprioritaskan orang ketimbang benda atau karier.
4. Setiap orang memakai “kacamatanya” masing-masing
“Kacamata” yang saya maksud di sini adalah cara kita dalam memandang sesuatu. Dan kenyataannya, kita semua memiliki “kacamatanya” masing-masing.
Apa yang saya katakan tentang A mungkin tidak sama dengan apa yang Anda katakan. Karena alasan yang berdasar, kita memiliki paradigma yang berbeda. Paradigma itulah yang memicu perbedaan kita dalam menanggapi sesuatu.
Oke, mungkin Anda berdalih bahwa 1 + 1 tetaplah sama dengan 2 bagi semua orang. Ya, siapa yang menyangkal. Dalam hal kebenaran matematis, kita semua memiliki jawaban yang serupa karena jawaban yang benar memang tersedia.
Tapi ini tidak berlaku dalam hal kebenaran indrawi. Kita memiliki kemampuan yang berbeda dalam menggunakan indra kita. Bagi Anda, mungkin jeruk itu enak karena manis. Tapi bagi saya tidak enak, karena saya suka jeruk sedikit masam.
Inilah mengapa kita harus tetap bersantai dalam perbedaan opini, asumsi, pendapat, atau persepsi. Kita memakai “kacamata” yang berbeda, jadi kita melihat realitas dengan cara yang tidak sama.
Jika Anda menggunakan kacamata berkaca merah, Anda akan melihat segalanya berwarna merah.
Ketika beberapa orang menganggap saya aneh karena banyak kelainan, saya hanya katakan, “Bukannya aku gila, tapi pemikiranku berbeda dengan kalian.”
Tidaklah perlu perbedaan itu memicu ledakan konflik. Karena kemungkinannya, hidup punya jawaban tak terbatas terhadap segala persoalannya. Jadi, santai saja.
5. Yang ada hanyalah saat ini
Masa lalu adalah cermin dan masa depan adalah harapan. Hanya satu yang menyamakan keduanya, yaitu sama-sama bersifat gaib. Gaib berarti sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh indra.
Maka, masa lalu dan masa depan itu tidak ada pada hakikatnya. Satu-satunya yang ada hanyalah saat ini dan di sini. Akan cukup panjang untuk menjelaskan ini, jadi saya menyingkat saja.
Masa lalu hanyalah bagian dari sejarah. Karenanya ia merupakan cermin dalam menjalani kehidupan pada saat ini. Sedangkan masa depan hanyalah misteri. Ia tidak berkewajiban untuk memenuhi segala ekspektasi kita.
Meskipun sesuatu dapat diprediksikan, tidak ada yang menjamin kebenarannya. Ketika matahari selalu terbit selama ini, bukan berarti esok pagi matahari akan terbit juga. Mungkin akan meledak malam ini.
Jadi sebaiknya, Anda tidak meramalkan sesuatu yang tidak dapat diramalkan. Santai saja. Hidup adalah petualangan yang penuh misteri. Dan itu wajar.
6. Kemungkinan untuk hidup selalu 50/50
Beberapa hari yang lalu, seorang teman berbincang dengan saya cukup lama. Kami membicarakan segala hal, dan tentu sangat mengasyikkan. Kami menertawakan segalanya. Oh kehidupan!
Tapi pada keesokan harinya, dia meninggal. Saya mengerti bahwa perbincangan kami saat itu merupakan pesan bahwa hidup patut ditertawakan.
Inilah fakta yang mungkin banyak dilewatkan oleh banyak orang: kemungkinan kita untuk mati atau hidup selalu 50/50.
Tidak peduli dalam keadaan seaman apa pun Anda sekarang, kematian tetap punya peluang yang sama untuk menghampiri Anda. Mungkin sebuah meteor tiba-tiba meledak di wajah Anda, atau ...
Begitu pun sebaliknya, dalam keadaan sekritis apa pun Anda, kehidupan tetap punya peluang yang sama untuk Anda. Jadi, bersantailah. Semua kekhawatiran tentang kematian tidak ada gunanya.
Jangan menganggap hidup terlalu serius. Anda tidak akan pernah keluar hidup-hidup. – Elbert Hubbard
7. Kita hanyalah titik super kecil di alam raya
Jika Anda merasa bahwa masalah Anda begitu berat, ingatlah baik-baik bahwa Anda bukan siapa-siapa. Aw, maaf, mungkin ini terlalu menyakitkan. Tapi bahkan kita semua hanyalah bagian dari debu kosmik.
Alam semesta jauh lebih besar dari yang bisa Anda bayangkan. Itu diisi oleh bola-bola gas yang terbakar, galaksi dan tata surya yang tak terhitung, dan (kemungkinan besar) ribuan peradaban lain yang berperang sendiri dan menghadapi tantangan mereka sendiri.
Dalam arti yang menyakitkan, Anda tidak berarti apa-apa. Dunia bahkan tetap baik-baik saja ketika Anda tiada. Apa alasan yang lebih baik untuk tidak menganggap serius hidup Anda?
Hal yang benar-benar penting adalah menikmati hidup Anda sebanyak yang Anda bisa dan membantu orang lain melakukan hal yang sama.
Pada faktanya, sesuatu yang kita anggap sebagai masalah bukanlah masalah nyata, melainkan hanya situasi pikiran yang didramatisasi secara berlebihan.
Yah, itulah 7 alasan mengapa sebaiknya kita tetap bersantai bersama keruwetan hidup. Sebenarnya masih ada banyak alasan lain, tapi saya pun tidak ingin kehilangan banyak waktu untuk bermain.
Selamat menikmati kehidupan, Pembaca!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H