Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sebuah Dialog Alam Raya

10 Januari 2021   12:34 Diperbarui: 10 Januari 2021   12:54 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita seperti aktor yang tiba-tiba muncul dalam sebuah pertunjukan teater | Ilustrasi oleh Michele Caballero Siamitras Kassube via Pixabay

"Kamu lebih mirip filsuf cilik, Nak," kagum pria itu. Ia melanjutkan, "Tuhan menganugerahi manusia pikiran dan penglihatan. Tetapi kita lebih mampu menggunakannya untuk menikmati alam raya ketimbang memikirkannya."

"Anda jauh lebih bijak, Tuan."

"Kamu pandai memuji untuk ukuran anak SMP."

Pria itu menunduk, mengambil batu berukuran separuh kepalan tangannya.

"Batu ini adalah potongan super kecil dari bumi."

"Benar juga," kagum Shira.

"Sesuatu yang besar selalu terdiri dari bagian-bagian kecil. Dan itu yang membuat batu ini sangat berharga. Kita adalah bagian kecil dari alam raya. Jadi tak ada alasan untuk tak mencintai diri sendiri."

"Ah, aku mengerti."

Hari semakin sore. Awan-awan itu perlahan berpencar sedikit membiarkan langit senja menunjukkan keindahannya. Ibu pasti sudah menunggu Shira; apalagi ia belum makan siang.

"Saya permisi pulang, Tuan. Ibuku pasti sedang menunggu."

"Ya, kamu sedikit nakal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun