"Jadi sekarang kamu mengerti tentang maksudku?"
Shira terdiam sejenak memandang mata Ares dengan tajam. Shira berpikir.
"Ah, aku mengerti, kiranya," ujar Shira dengan senyuman.
"Hidup adalah tentang tidak mengetahui, kemudian melakukan sesuatu. Ayahmu yang mengatakan itu. Aku masih mengingatnya."
"Dan Tuhan selalu tahu apa yang terbaik, ya? Tampaknya menjadi seorang 'dalang' untuk kehidupan diri sendiri bukan ide yang bagus dan menyenangkan."
"Kamu begitu cepat belajar, Shira."
"Apakah kamu pernah terpikir, bagaimana jadinya kalau Nabi Adam dan Siti Hawa tidak memakan buah itu?" tanya Shira memandang Ares seperti seekor filsuf.
"Ya, tetapi Tuhan pasti sudah merencanakan itu."
"Maksudmu?"
"Seorang sutradara selalu memiliki naskah skenarionya."
"Naskah skenario ..." ulang Shira, berusaha meresapi kata-kata itu. Ares tersenyum memandang Shira, berharap majikannya itu bisa memikirkannya lebih jauh. Sangat jarang seorang "budak" menasihati majikannya.