Mohon tunggu...
Muh Fahrurozi
Muh Fahrurozi Mohon Tunggu... Human Resources - Penikmat Kopi

Hanya manusia biasa yang ingin mati dengan damai, sebab hidup adalah proses panjang dari bagaimana cara kita mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kalung Merah Darah

8 Juli 2019   23:13 Diperbarui: 8 Juli 2019   23:53 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi | Sumber: Aliexpress

***

Rapat selesai, Arya dan Melia memilih duduk di sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor Lia.

Mereka saling berbagi cerita tentang apa saja yang mereka lakukan selama kurang lebih dua puluh tahun terakhir.

“Sumpah, aku benar-benar nggak kenal kamu tadi pas pertama ketemu.”

“Aku juga awalnya tidak kenal kamu.”

“Trus kenapa akhirnya tahu?”

“Kalungmu.” Mendengar jawaban itu, Lia kembali meneteskan air mata. “Ayahmu, menyuruhku mencarimu setelah lima tahun kamu pergi.”

“Kenapa bisa?”

“Aktivitas turun temurun kita terbongkar. Ayahmu tertangkap saat perampokan besar-besaran saat itu.”

“Oh Ayah.” Isak tangis menahan kata-katanya.

“Ayahmu bilang, saya tidak boleh pulang kalau tidak sama kamu. Dan akhirnya, kita baru bisa hari ini di sini.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun