Mohon tunggu...
Muh Fahrurozi
Muh Fahrurozi Mohon Tunggu... Human Resources - Penikmat Kopi

Hanya manusia biasa yang ingin mati dengan damai, sebab hidup adalah proses panjang dari bagaimana cara kita mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kalung Merah Darah

8 Juli 2019   23:13 Diperbarui: 8 Juli 2019   23:53 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi | Sumber: Aliexpress

Di sebuah kampung kecil di pinggir kota. Seperti kebanyakan daerah-daerah pinggir kota lainnya, mungkin kampong itu yang paling kotor, kumuh, penuh debu, seperti tanpa kehidupan.

Ketika matahari menampakkan dirinya, masyarakat di kampong itu segera dan berhamburan kembali masuk ke rumah-rumah mereka untuk tidur.

Memang aneh, disaat mayoritas manusia beraktivitas pada siang hari, kampung itu justru ramai ketika matahari telah hilang di balik gedung-gedung mewah yang menjulang tinggi di tengah-tengah ibu kota.

“Arya.”

“Ya?”

“Apakah kita akan seperti ini terus? Apa kamu tidak bosan? Tidak kamu memiliki niat untuk merasakan bagaimana suasana dibalik gedung-gedung itu?”

“Aku selalu bermimpi tentang itu. Dalam mimpiku, aku melihat gedung-gedung itu rubuh.”

“Kenapa bisa Arya?”

“Aku tidak tahu pasti, yang jelas gedung-gedung itu rata dengan tanah.”

“Aku harap mimpimu itu benar-benar terjadi.”

“Kenapa?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun