Jasmine menatap bu Ratna tajam, kilat-kilat kemarahan terpancar dari matanya, tiba-tiba Bu Ratna seperti merinding menatap sorot mata Jasmine. Tubuhnya mengkerut ketakutan.
"Maaf, saya pamit dulu," ucap Bu Ratna salah tingkah, tergesa pergi dari tempat itu, ia makin merasa merinding saat Jasmine masih terus menatapnya dengan sorot yang menusuk.
"Sudah, Mbak, memang orangnya seperti itu," ujar Mbak Sumi menenangkan.
'Satu perumahan juga sudah tahu kelakuan Bu Ratna, tak ada satupun yang tidak pernah digibahnya," lanjut Mbak Sumi.
"Orang seperti itu harus dikasih pelajaran, Mbak, biar tidak menjadi penyakit."
"Tapi mau gimana lagi, nggak ada yang berani mengingatkan, dia itu orang paling kaya di sini," ujar Mbak Sumi.
"Orang kaya kok belanja di tukang sayur, harusnya di swalayan, dong!" kata Jasmine mencibir.
"Oalah, Mbak ... nggak usah di masukin hati," Â Mbak Sumi menenangkan sambil sedikit tersenyum.
'Mbak Jasmine mau belanja apa?"
Jasmine menghela napas panjang, menyerahkan selembaran merah pada Mbak Sumi.
"Hari ini saya pengin bikin soto ayam, tapi ayam kampung, ya, Mbak! Jangan pake ayam potong, tolong Mbak Sumi siapin belanjaan saya termasuk bumbunya, dan nanti tolong diantar ke rumah! Saya ada perlu." Setengah berlari Jasmine meninggalkan Mbak Sumi yang  bengong.