Mohon tunggu...
Muchwardi Muchtar
Muchwardi Muchtar Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis, pelaut, marine engineer, inspektur BBM dan Instruktur Pertamina Maritime Center

menulis, membaca, olahraga dan presentasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Sebut Kami "Pahlawan Kesiangan"....!!!

10 November 2024   08:44 Diperbarui: 12 November 2024   22:47 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto asli dari Muchwardi Muchtar

 

"Kalau kau belum tahu, Nak" ---sambung Pak Bani lagi--- "Semenjak pojok sentilan yang kau asuh itu muncul di kolom buletin kita, tak terhitung lagi telepon-telepon gelap memperingatiku. Kau mana tahu Edw, karena ruang kerja kita dibatasi oleh dinding yang tebal. Dan kau pun harus sadar, Nak. Kempesnya ban mobilmu berturut-turut dalam dua hari ini bukanlah suatu kebetulan belaka. Itu adalah hasil kerja dari karyawan lain yang tidak senang dengan jeweranmu via kolom kecil itu.

 

"Sebagai seorang Bapak yang lebih dahulu minum ASI[3]) darimu, atau katakanlah sebagai Kepala Bagian dari Edward Tator, saya minta padamu untuk masa-masa mendatang kau tidak lagi meneruskan serial sentilanmu di buletin. Maaf, Edw. Bukan maksud kami untuk menghambat kreativitas tulis menulismu, tidak Nak. Selagi kau menulis dalam buletin Perusahaan, jangan lagi kau coba-coba untuk jadi pahlawan pena. Di masa sekarang, tidak ada lagi dibutuhkan pahlawan-pahlawan kesiangan, Edw. Sepanjang orang lain itu tidak merugikan kita secara pribadi, tidak perlu kita usil terhadap mereka. Sekarang zamannya pemerataan rezeki, Edw..........."

 

Entah apa lagi kata-kata Pak Bani atasan yang sangat kuhormati selama ini, tidak sanggup lagi kudengar. Rupanya atasan yang selama ini sangat kusegani itu, mutunya tak lebih dari mereka yang pernah kusentil. Seketika itu juga rasa hormatku pada beliau luntur. Puiihh...!!

 

"Oke, Pak", kataku seraya berdiri. "Kalau begini, naga-naganya lebih baik saya mengundurkan diri saja dari desk editor."

 

Pak Bani terkejut. Ia segera meraih pundakku untuk menyuruh duduk lagi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun