"Cobalah permen impor ini, Nak. Adakalanya permen pahit pengganti sebatang rokok ini dapat membuat pikiran terbuka." Lelaki tua ini melepas lapisan kertas minyak tipis pembungkus permen tersebut sebelum memasukkan ke mulutnya.
Kembali ia tersenyum, ketika untuk kesekian kalinya dapat kesempatan bertemu pandang denganku.
"Ayohlah Nak. Tidak masanya lagi termangu di udara lepas begini".
Tanpa merasa kaku sedikit pun lelaki tua ini menyodorkan kaleng permen yang sudah terbuka itu kehadapanku. Baru saja senyum tawarku hilang, dan begitu permen hitam asal negeri luar itu kulepas kertas pembungkusnya, lelaki tua yang tak kukenal ini memberi ibu jari kanannya ke hadapanku. Mungkin maksudnya mengatakan "bagus" karena tawarannya untuk mencoba permen pengganti rokok ---bagi pecandu nikotin--- aku terima.
Barulah di sini aku sadar. Aku merasa malu. Betapa kasarnya adat yang kuanut. Berkali-kali sapaan ramah lelaki tua yang sama-sama satu deret dengan tempat dudukku di pesawat raksasa Airbus A330-200 Garuda ini tidak kuacuhkan. Entah sudah berapa kali tadi ia menawar-nawarkan permen spesifik yang dimilikinya kepadaku. Dan kini dia lagi yang membantu mengambilkan sebuah permen berbungkus kertas minyak warna maron tersebut buatku... Ooh, maafkan aku Pak Tua.
"Nanda", ujar lelaki tua ini memulai kembali dialog yang tampaknya ingin memancing opini atau isi wawasan dalam kepalaku, sekembalinya beliau dari toilet pesaswat. "Setahu Bapak, sejak 30 tahun yang lalu merokok di pesawat dilarang, bahkan dapat dikenakan denda yang besar jika melanggar. Namun, anehnya hingga kini kenapa ya  asbak tetap ada disediakan dalam penerbangan komersial?".
Aku masih diam. Tapi memoriku belum hilang akan literatur yang pernah kubaca ketika pesawat terbang di berbagai negara mulai memberlakukan haram merokok dalam pesawat beberapa puluh  tahun yang lalu.
Pertanyaan bapak ini mungkin sering muncul di kepala para penumpang setiap kali naik pesawat ketika melihat ada asbak di toilet pesawat. Beberapa penumpang pesawat, bahkan ada berpendapat bahwa asbak yang ada dalam toilet pesawat dikhawatirkan dapat menarik penumpang yang haus akan nikotin untuk merokok, padahal merokok adalah hal ilegal dan bisa membuat orang yang melanggar dilarang masuk maskapai tertentu dalam waktu yang lama.
Aku ingat, bandara di Inggris sudah melarang rokok sejak tahun 1998. Sedangkan seorang pramugari yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kepada Daily Express bahwa asbak masih ada di sebagian besar pesawat adalah sebagai bentuk antisipasi.
"Pak", ujarku menjawab pertanyaan beliau. "Tanda puntung rokok kecil yang terlihat di pintu, bukanlah anjuran merokok. Itu mungkin untuk pencegahan bahaya keselamatan bagi penumpang-penumpang bandel yang mencoba merokok seisap dua isap dalam toilet"
"Betul, Nak. Tapi bagi kita yang jadi pecandu rokok ini ---meski ada asbak dalam toilet--- jangan coba-coba merokok di pesawat. Bisa-bisa kita akan dimasukkan dalam daftar larangan terbang dan bahkan mungkin bisa ditangkap karena melanggar ketentuan larangan tersebut," imbuhnya.