Mohon tunggu...
Muchwardi Muchtar
Muchwardi Muchtar Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis, pelaut, marine engineer, inspektur BBM dan Instruktur Pertamina Maritime Center

menulis, membaca, olahraga dan presentasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Sebut Kami "Pahlawan Kesiangan"....!!!

10 November 2024   08:44 Diperbarui: 12 November 2024   22:47 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto asli dari Muchwardi Muchtar

"Sampai bisa ditangkap segala?", aku coba menimpali penjelasan Bapak ini.

"Ya, karena larangan tersebut sudah berlaku di seluruh perusahaan penerbangan semua negara. Di Indonesia sudah ada Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 412 ayat 6, setiap orang yang merokok di dalam pesawat akan dikenakan sanksi denda maksimal 2,5 miliar atau penjara maksimal 5 tahun".

Ceklek...................!

Dengan terjadinya dialog spontan yang sebelumnya bersuasana kaku, maka leburlah sudah kebekuan yang terjadi dari dua anak manusia lintas generasi di menit-menit awal tadi.

***

Wahai pikiran yang kacau, sirnalah kau dari benakku...!

Pertemuan terakhir dengan Pak Bani Kepala Bagianku di kantor membayang kembali. Enaknya bekerja di belakang meja dalam ruang ber-AC, sekitar tiga tahun tempo hari, masih belum hilang  dari ingatanku.

Sebagai anak muda yang punya bakat dalam dunia jurnalistik, sudah tentu tawaran direksi untuk menyuruhku mengasuh Buletin Perusahaan Bonafid tempat aku bekerja, kuterima dengan senang hati. Bakat alam yang dikombinasikan dengan ilmu dari buku membuahkan hasil yang gemilang bagi alat komunikasi dan informasi Perusahaan yang berbentuk buletin 16 halaman.

Kalau selama ini, semenjak buletin itu terbit beberapa tahun yang lalu, isinya monoton tanpa variasi yang menarik minat karyawan buat membacanya, maka semenjak kutangani perubahannya jauh sekali. Baru dua nomor terbit berturut-turut, sambutan karyawan sangat positip. Kalau selama ini karyawan menerima buletin dengan nada sinis, kini semenjak buletin kutangani, benar- benar mengenai sasaran yang dituju. Sebagai media milik Perusahaan, sudah tentu tidak melupakan misi buletin  sebagai 'media informasi dan komunikasi' antara manajemen dengan karyawannya. Melalui pojok sentilan yang kuasuh setiap terbit, entah sudah berapa oknum karyawan tempat aku bekerja yang merasa kebakaran janggut.

Dan dari sini pulalah berawal konflikku dengan Pak Bani ---atasanku langsung--- yang sangat kuhormati selama ini.

"Edward", ujar Pak Bani pada suatu siang. "Siang ini sengaja saya memanggilmu tanpa diketahui orang ketiga adalah karena sesuatu hal".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun