***
Karena kalimat yang keluar dari mulut wanita yang duduk di sebelah kiriku, bagaikan main-main, aku menoleh ke samping memandang wajahnya.
“Tidak dapatkan nona lebih serius dalam menjawab tanya seorang teman?”
“Ini serius lho, Bung”, balasnya, menantang mataku. “Apa situ tidak percaya dengan penjelasan saya barusan?”
“Percaya sih percaya”, ujarku sambil tersenyum. “Cuma menyangkut datanya itulah yang saya sangsikan”.
“Aih…., ngomongnya tinggi banget”, bibir tipisnya memantulkan senyum. “Kalau menyangkut data dan fakta saya malah segan bercerita. Jangan-jangan Si Bung ini wartawan”.
Kemudian wanita yang mengenakan kaus warna kuning muda lengan panjang yang dikombinasikan dengan celana jins warna abu-abu ini, membuka tas kecil yang menyangkut di bahunya. Sebuah benda plastik bulat persegi yang bernama vape (rokok elektrik) dikeluarkannya, dan langsung diisapnya beberapa detik.
Kemudian vape tersebut buru-buru dimasukkannya kembali ke dalam tasnya. Tampaknya mengisap vape beberapa saat tadi, sebagai penambah semangatnya dalam berdialog dengan teman laki-lakinya yang duduk di sebelah kanannya.
Melihat adegan kilat ---mencuri kesempatan untuk mengisap vape beberapa detik di kendaraan umum--- yang diperlihatkan wanita ini aku kembali tersenyum. Aku heran campur iba dengan perilaku temanku ini. Kalau di awal pembicaraan tadi kalimat yang diucapkannya membuat aku terkejut, maka sekarang perbuatannya yang menyedot vape yang membuat aku tersentak.
“Kenapa situ tersenyum? Apa ada yang lucu?”, selidik wanita di samping kiriku ini lagi.
“Saya senyum karena yang wanitanya pengisap vape, dan sebaliknya yang laki-lakinya malah tidak. Dan yang membuat saya ketawa, kok kita bisa sering-sering bertemu, ya?”