Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ketika Lansia Jakarta Merasa Kampungan Naik Whoosh ke Bandung

23 Januari 2025   08:22 Diperbarui: 23 Januari 2025   18:02 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari balik jendela Whoosh: Perumahan bersicepat melahap areal pertanian di Bandung (Dokpri)

Para pegawai Whoosh juga senang. Buktinya, mereka senyam-senyum mengamati pose dan ulah kami. 

Dari balik jendela Whoosh: Pemandangan sawah dan bukit kapur di daerah Purwakarta (Dokpri)
Dari balik jendela Whoosh: Pemandangan sawah dan bukit kapur di daerah Purwakarta (Dokpri)

Kecepatan di Tengah Kelambanan

Jarum arlojiku tepat menunjuk pukul 07.48 WIB saat Whoosh mulai bergerak dari Halim menuju Tegalluar. Tepat waktu, 100 untuk Whoosh kami.

Perjalanan menunggang kecepatan telah dimulai. Kami serombongan sudah duduk di kursi masing-masing, sesuai nomor yang tertera pada tiket. 

Semua duduk tenang, nyaman, di kursi yang mirip seat pesawat terbang. Kecuali iparku. Dia mulai tengak-tengok sekitar tempat duduk. "Nyari colokan charger hape," katanya. Lha, emang hilang di mana? Setelah clingak-clinguk, akhirnya ketemu juga itu lubang colokan di bawah jok kursi. Aih, dasar kampungan.

Selepas terowongan Halim, dari ketinggian rel Whoosh aku memandangi tol MBZ yang dipadati mobil-mobil berpacu ke timur dan barat.  Mobil-mobil yang mengarah ke timur dalam kecepatan relatifnya terlihat merayap lambat, atau sebagian bahkan terlihat berhenti atau mundur. Tanda bahwa Whoosh melaju dengan kecepatan di atas 120 km per jam. 

Dari balik jendela Whoosh: Perumahan bersicepat melahap areal pertanian di Bandung (Dokpri)
Dari balik jendela Whoosh: Perumahan bersicepat melahap areal pertanian di Bandung (Dokpri)

Pada beberapa kali kesempatan berkendara di tol MBZ, aku selalu memandang iri pada Whoosh yang kebetulan lewat macam peluru. Kubayangkan betapa nyaman duduk di dalam gerbong kereta itu dalam kecepatan tinggi. Tidak seperti di dalam mobil sepanjang tol MBZ, terpontal-pontal dan terguncang-guncang sampai turun berok.

Kini aku duduk nyaman di dalam gerbong Whoosh yang melaju dalam kecepatan tinggi. Membayar lunas rasa iriku, sambil membayangkan derita mereka yang berkendara di tol MBZ. Aku tidak puas karenanya. Sebab kutahu begitulah antara lain cara ketakadilan bekerja.  

Memasuki daerah Purwakarta suara mendesing membuat telinga pekak, seperti saat pesawat lepas landas. Itu berarti kecepatan kereta menyamai atau melebihi kecepatan pesawat lepas landas. 

"Tiga ratus tiga puluh empat," jawab iparku saat kutanyakan angka kecepatan Whoosh saat itu. Ya, 334 km per jam. Itulah angka yang tertera pada layar indikator kecepatan. Iparku telah menunjukkan posisi layar itu padaku -- di atas pintu depan gerbong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun