"Jangan begitulah, Lae. Aku kan cuma tanya?"
Tanya ya tanya. Tapi gak usah juga kali pakai heran segala gitu. Emang lu pikir semua orang Jakarta pernah naik ke puncak Monas?Â
Tapi, seperti telah kubilang tadi, akhirnya aku naik Whoosh juga ke Bandung. Dengan satu alasan yang pas, tentu saja. Ziarah bersama keluarga besar ke makam seorang kerabat di perbukitan selatan Bandung.Â
Senang Walau Gamang
Kami sepakat membeli tiket kelas ekonomi premium. Harganya Rp 250.000 per orang untuk rute Halim - Tegalluar. Rute sebaliknya lebih murah, hanya Rp 225.000.
Tiket kelas atas jauh lebih mahal. Kelas satu Rp 600.000dan  kelas bisnis Rp 450.000. Beda harga, sama waktu tibanya.
"Penumpang kelas satu lebih dulu tiba, lho" kata iparku.Â
"Iyalah. Gerbongnya kan paling depan." Lansia kok mau dikibuli.Â
Senang, aku senang banget. Senin pagi itu, pukul 06.15 WIB, sebuah taksi jemputan sudah menunggu di depan rumah. Taksi itu kupesan secara daring pada malam sebelumnya. Saking senangnya.
Ah, tidak, alasannya bukan hanya itu. Tapi juga demi sebuah kepastian waktu. Sebab ketepatan waktu ojek mobil daring kini kadang susah ditebak.Â
Hanya 25 menit perjalanan dari rumah ke Stasiun Whoosh Halim. Pukul 06.40 WIB rombonganku, tujuh orang, sudah tiba di sana. Jadwal keberangkatan Whosh kami pukul 07.48 WIB. Ada waktu tunggu 68 menit.