Dalam dunia modern kini, pekarangan semacam itu dikenal sebagai "permakultur" -- kependekan dari permanent agricuture, pertanian permanen. Disebut budidaya permanen karena areal pekarangan seperti itu ditumbuhi tanaman "sekali tanam selamanya panen". Misalnya kelapa, nangka, rambutan, kecapi, dan melinjo untuk tanaman tahunan bertajuk tinggi. Lalu cengkeh, jambu biji, terung belanda, dan  takokak untuk tanaman bertajuk rendah atau perdu. Lalu beluntas, kumis kucing, dan sereh untuk tanaman penutup tanah.Â
Semua tanaman permakultur itu hanya sekali tanam saja untuk panen berulang kali. Karena itu pengolahan tanah sangat minimalis, hanya menggali lubang tanam saja (minimum tillage). Beda secara diametral dengan, misalnya, areal padi sawah yang diolah ulang secara intensif setiap musim.Â
Begitulah, pekarangan depan Domus Patrum SMCS itu kini telah menjadi sebidang permakultur dalam pelukan bangunan berbentuk "U". Tahun 1974-1976 seingatku dia bau berupa taman berisi tanaman pendek. Kini dia telah menjadi hutan kecil di depan kamar-kamar para pastor dan bruder.
Sambil menghirup kesegaran udara pagi, dan membiarkan sejuknya menjamah kulit wajah dan tanganku, kucoba mengamati permakultur di hadapanku. Ada tanaman apa saja di dalamnya?
Di sisi kiri dan kanan jalan setapak itu tegak pohon-pohon pucuk merah (Syzygium myrtifolium). Penanda bahwa hutan kecil ini tadinya adalah taman biasa. Di sisi selatan juga masih ada sepokok tanaman hias nusa indah (Mussaenda pubescens).Â
Dipandang dari teras domus, sisi kanan atau utara permakultur yang rimbun itu tersusun dari pohon kelengkeng, cengkeh, sirsak, duku, dan jambu mawar. Tajuk-tajuknya saling bertaut membentuk kanopi hijau yang menaungi tanah secara penuh. Tapi sinar matahari masih bisa menerobos celah dedaunan serupa bilah-bilah cahaya yang menghunjam tanah.
Di sisi selatan jenis tanaman lebih beragam lagi. Ada dua pokok nangkadak (nangka-cempedak) yang rajin berbuah, jambu air, jambu biji, juga jambu mawar, manggis, dan mangga. Dua pohon nangkadak sedang berbuah lebat. Jambu biji juga sedang berbuah.Â
Ruang kosong di bawah tajuk pepohonan pada dua sisi itu diisi dengan rangkaian tanaman hias dalam pot-pot kecil. Kehadiran tanaman hias itu adalah buah hobi pastor dan bruder penghuni domus. Mereka merawat tanaman hias untuk healing and balancing.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!