Temuan itu kemudian menginspirasi pembangunan Museum Kota Lama di sana. Maka jadilah museum senilai Rp 3.9 miliar.Â
Ke situlah kami berempat melangkahkan kaki. Di bawah terik matahari sore.
***
Setelah menyeberangi jalan lingkar bundaran museum dari arah barat, kami melintasi jembatan kaca yang membentang di atas kolam air tanpa ikan.
Ujung timur jembatan itu tepat menghadap patung Dipta Dipa karya seniman Yani M. Sastranegara. Patung logam setinggi total 450 meter itu adalah abstraksi dan simbolisasi dinamika kesejarahan kota lama.
Bentuk patung menyerupai mata panah raksasa. Â Itu terinspirasi oleh bentuk Bastion Amsterdam pada sudut tenggara tembok Kota Lama. Pondasi bastion itu berada di sekitar bundaran Bubakan.
Di pelataran museum sejumlah calon pengunjung sudah menunggu. Untuk diketahui, setiap sesi kunjungan maksimal 30 orang. Kapasitas museum ini terbatas.
Kulirik arlojiku. Jarumnya menunjuk waktu pukul 14.51 WIB.Â
Aku mendekat ke pintu museum, dengan harapan akan terkuak. Sebab kusangka itu pintu otomatis seperti di mal-mal. Eh, pintu malah terbuka manual. Seorang perempuan bermasker melongok dari dalam.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
"Oh, maaf, Bu. Kami mau masuk museum. Sesi pukul tiga sore."