Sebagai pengingat tembok, jalan-jalan sekeliling Kota Lama dinamai Noorderwalstraat (sekarang Jalan Merak), Oosterwalstraat (sekarang Jalan Cendrawasih), Zuiderwalstraat (sekarang Jalan Kepodang), dan Westerwaalstraat (sekarang Jalan Mpu Tantular).
Dengan terbukanya kota, sejumlah pengusaha Eropa non-Belanda, Arab, dan Cina masuk ke Kota Lama dan sekitarnya. Mereka melakukan investasi bisnis. Sebut misalnya H. Speigel (Austria-Hungaria) yang mendirikan NV Winkel Maatschappij "H Spiegel", sebuah toko pakaian, perlengkapan rumahtangga dan peralatan kantor.Â
Ada Marta Badjunet, pengusaha Arab Yaman. Dia mendirikan perusahaan EMKL Marba (akronim namanya) dan toko barang-barang mewah de Zeikel.Â
Lalu ada Oei Tiong Ham. Dia membangun konglomerasi bisnis Oey Tiong Ham Concern. Bisnisnya mulai dari perdagangan opium hingga bisnis gula dan hasil bumi lainnya. Â Oey Tiong Ham dikenal sebagai Raja Gula, orang terkaya Asia.
Itu untuk menyebut beberapa saja pengusaha non-Belanda.
Investasi paling monumental waktu itu adalah pembangunan jaringan kereta api pertama. Konsesinya dipegang oleh Nederlandsch Indische Spoorweg
Maatschappij (NIS).Â
Tepat 10 Agustus 1867, kereta api pertama rute Semarang-Tanggung beroperasi. Selanjutnya jalur kereta api itu dibangun hingga mencapai Vorstenlanden, tanah Surakarta dan Yogyakarta.
Tak hanya kereta api antarkota, trem dalam kota Semarang juga dikembangkan. Pemegang konsesinya  Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS). Trem Semarang untuk pertama kalinya dioperasikan tahun 1883.Â
Stasiun induknya berada di Jurnatan-Purwodinatan. Di sekitar Museum Kota Lama sekarang. Tempat instalasi depo lokonya ditemukan terpendam.
"Silahkan kalau mau foto-foto." Mbak Pemandu menutup tuturannya. "Ah, sudah selesai, ta?" Aku tersentak. Tadi melamun rupanya.