Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Going Native, Biografi Fiksional, dan Sketsa Poltak

16 Januari 2023   06:04 Diperbarui: 17 Januari 2023   04:38 1551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Poltak".

Itu judul sebuah perkisahan yang sedang saya anggit dan agihkan secara bersambung di Kompasiana. Terakhir sudah masuk nomor #102.

Semula saya melabelnya "novel anarkis". Karena saya menulisnya  secara "sesukaku". 

Belakangan saya berubah akal. Lalu melabelnya sebagai "sketsa biografi fiksional." Tanpa menghilangkan spirit anarkisme dalam proses kreatif atau penulisannya.

Ada pertanyaan, atau dugaan, bahkan simpulan dari pembaca bahwa karakter Poltak kecil dalam sketsa itu adalah Felix Tani, saya sendiri, semasa kecil. Dan kisah Poltak itu adalah kisah masa kanak-kanak Felix Tani.  

Jawabannya ada pada label "skesta biografi fiksional" itu. 

"Poltak" itu jelas sebuah kisah fiksi. Bukan biografi, atau otobiografi -- dalam arti riwayat hidup faktual.

Tapi karakter Poltak memang mengambil Felix Tani kanak- kanak sebagai model sosialnya. Sekalian dengan lingkungan sosial dan alamnya.

Jadi karakter Poltak serta orang-orang dalam sketsa itu memang ada, tapi mereka telah "di-fiksi-kan". Begitupun dengan latar tempat, sosial, ekonomi, dan  budaya.

Itu alasanku melabel perkisahan itu sebagai "biografi fiksional".  Kisah itu memang biografi Felix Tani kanak-kanak. Tapi sifatnya fiksional -- sudah menjadi fiksi.

Biografi fiksional itu saya bangun dengan bertumpu pada kekuatan strategi going native. Secara sadar, saya telah masuk ke dalam cerita menjadi subyek Poltak yang fiksional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun