Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yohanes, Anies Baswedan dan Lelucon Papua

30 Desember 2022   07:56 Diperbarui: 30 Desember 2022   09:56 2948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyematan nama Yohanes pada Anies Baswedan di Supiori Papua (Foto: Twitter/@KatolikG via populis.id)

Kedua, penyematan nama Yohanes yang tak ditampik oleh Anies itu mempertegas karakter Anies sebagai politisi pengkapitalisasi agama sebagai modal politik. Perilaku politik macam itu, selain tak cerdas dan tak etis, sudah terbukti menimbulkan luka mendalam dalam relasi inter dan antar umat beragama sejak Pilgub DKI 2017 dan Pilpres 2019. 

Itu memori perih yang bikin umat beragama di Indonesia jeri dan jera terhadap politisi/partai pengkapitalisasi agama.

Ketiga, penyematan nama Yohanes pada Anies itu berpotensi ditafsir umat Kristiani sebagai tindakan merendahkan dan mempermainkan dua sosok sangat penting dalam sejarah agama Kristiani. Mereka adalah Yohanes Pembaptis yang melapangkan jalan bagi kedatangan Kristus dan Yohanes Penginjil "Sang Rajawali" pengabar misteri Yesus Kristus.

Hal itu justru akan memicu antipati terhadap sosok politis Anies Baswedan di kalangan umat Kristiani Indonesia umumnya Papua khususnya.  

Pada akhirnya, tak berlebihan bila dikatakan, penyematan nama Yohanes pada Anies Baswedan itu cuma semacam lelucon politik dari Papua. Sebuah lelucon tak cerdas dan tak lucu yang diproduksi sekelompok kecil orang demi kepentingan politik Pilpres 2024.

Lelucon tak cerdas itu kemudian juga direspon sejumlah pihak dengan lelucon yang sama tak cerdasnya. 

Seperti ujaran-ujaran lelucon semacam ini. "Nis, gimana rasanya jadi minoritas." "Indonesia akan punya presiden Kristen tahun 2024." "Punya nama baptis Yohanes tapi takut mengucapkan Selamat Natal."

Rasanya ngilu hati mendengar lelucon-lelucon tak cerdas semacam itu. Semakin ngilu bila diingat tentang Yohanes Pembaptis yang wafat dengan kepala terpenggal atas perintah Herodes. Juga ingat tentang Yohanes Penginjil yang rela menderita demi mewartakan Injil Kristus.

Ah, tak bisakah kita melepaskan diri dari kegandrungan kapitalisasi agama yang sakral untuk kepentingan politik yang profan?

Tak adakah "Jalan Lain" menuju Pilpres 2024? (eFTe)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun