Di timur tampak puncak Merapi merah menyala diterpa sinar matahari yang menjelang terbit. Puncak itu tampak seperti obor raksasa yang menerangi lereng dan lembah di bawahnya. Menakjubkan.
"Merapi itu indah sekali, Mbak." Poltak tak bisa menahan diri untuk memuji keindahan alam yang tersaji di depan matanya.
Perempuan istri orang itu hanya menanggapi dengan sebuah senyum di pagi hari. "Mungkin yang dipikirkannya bukan keindahan. Tapi bencana saat Merapi meletus," pikir Poltak. Mencoba mahfum.
***
"Kantor Pos! Persiapan!" Kondektur bus berteriak mengingatkan. Ah, sudah tiba di Yogya, kota pelajar di masa itu.
Poltak harus turun di Kantor Pos Yogya. Benget, adiknya sudah berjanji akan menjemputnya di situ.Â
Poltak segera bangkit dari duduknya. Bersiap untuk turun.Â
"Saya duluan, ya, Mbak."
"Aku juga turun di sini, Mas."
Bah. Perempuan istri orang itu juga ternyata turun di Kantor Pos.
Poltak undur untuk mempersilahkan perempuan itu turun lebih dulu, saat bus berhenti di seberang gedung Kantor Pos Yogya.