Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Minyak Goreng, Revolusi Dapur, dan Takluknya Pengetahuan Asli

24 April 2022   21:00 Diperbarui: 26 April 2022   05:05 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan gorengan (Foto: TribunStyle.com/Instagram @dolandanjajan)

Teknik goreng waktu itu sudah ada, tapi belum dominan. Minyak goreng yang digunakan juga minyak kelapa, bukan sawit. Walau saat itu sudah ada industri minyak kelapa, warga umumnya masih menggunakan minyak kelapa hasil industri kecil/rumahan. 

"Revolusi Dapur" boleh dikata bermula di paruh pertama 1980-an. Ditandai dengan mulai meningkatnya produksi dan meluasnya pasar minyak goreng industri. Pertama dipelopori produk Bimoli, lalu Filma, kemudian aneka merek lain. Pertumbuhan produksi dan pasar minyak goreng itu meningkat drastis seiring pertumbuhan perkebunan sawit.

Minyak goreng sawit kemudian menjadi produk ilmu-pengetahuan dan teknologi atau sains modern yang sukses menginvasi dapur keluarga Indonesia sejak 1980-an.

Teknik goreng tampil sebagai moda dominan kegiatan masak-memasak. Hampir semua jenis bahan masakan bisa diolah dengan teknik ini. Nasi goreng, ikan goreng, sayur tumis/goreng, daging goreng (ayam, burung, dendeng), mie goreng, dan aneka panganan/kue-kuean. 

Itulah "Revolusi Dapur", proses minyak goreng sawit dan teknik goreng menginvasi dapur warga dan berhasil menjadi teknik masak dominan.

Revolusi ini tak hanya mengubah cara masak warga Indonesia, tapi juga menanamkan nilai baru tentang kualitas dan rasa masakan. Ke dalam benak warga Indonesia, industri minyak goreng berhasil menanamkan nilai bahwa masakan bermutu tinggi, enak dan bergizi, adalah masakan yang digoreng. 

Juga berhasil ditanamkan nilai efisiensi dalam kerja memasak. Menggoreng pakai minyak goreng adalah cara yang paling efisien: mudah, cepat, dan bersih. Cara masak yang menggunakan "akal sehat", bunyi iklan salah satu merek minyak goreng.

"Revolusi Dapur" itu kemudian diakselerasi dan diperluas oleh menjamurnya bisnis makanan cepat saji berbasis gorengan seperti ayam goreng dan aneka nugget sejak akhir 1980-an.

Begitulah. "Revolusi Dapur" telah menjadikan minyak goreng (sawit), teknik goreng, dan (makanan) gorengan sebagai unsur dominan dalam aktivitas dapur keluarga Indonesia. Tanpa minyak goreng, bukan dapur namanya. Tanpa menggoreng, bukan memasak namanya. Tanpa gorengan, bukan menu masakan (makanan) namanya.

Takluknya Pengetahuan Asli

"Revolusi Dapur" adalah pertarungan antara sains dan pengetahuan asli, dengan kemenangan di pihak sains. Minyak goreng telah tampil menjadi salah satu bahan pokok (sembako) pangan yang wajib ada di dapur warga Indonesia. Tanpa minyak goreng, dapur bukanlah dapur.

Sedemikian kuatnya posisi minyak goreng di dapur, sehingga teknik masak asli yaitu "rekupang" menjadi periferal. Teknik goreng dikembangkan sedemikian rupa sehingga seolah tanpa batas. Sementara teknik asli stagnan, tidak berkembang, itu ke itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun