Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Minyak Goreng, Revolusi Dapur, dan Takluknya Pengetahuan Asli

24 April 2022   21:00 Diperbarui: 26 April 2022   05:05 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan gorengan (Foto: TribunStyle.com/Instagram @dolandanjajan)

Sains telah menaklukkan pengetahuan asli. Minyak dan teknik goreng telah mensubordinasi teknik "rekupang" di dapur warga. Itulah soalnya.

Saat minyak goreng hilang dari pasaran, warga bukannya kreatif kembali ke teknik "rekupang", tapi memperpanjang umur pakai jelanta sambil merutuki pemerintah.

Warga sekian lama telah mengglorifikasi minyak goreng, sedemikian rupa sehingga teknik "rekupang" dianggap marginal dan tak bisa mensubstitusi teknik goreng.

Warga lupa pada fakta bahwa, pertama, nenek moyang kita dulu survive tanpa minyak goreng. 

Kedua, tidak ada manusia yang mati atau sedikitnya sakit hanya karena tidak mengonsumsi makanan gorengan.

Ketiga, unsur terpenting dalam susunan pangan orang Indonesia adalah nasi atau beras yang direbus, bukan lauk yang digoreng. (Juga bukan bumbu semacam cabai dan bawang yang kerap mendadak langka di pasar).

Takluknya pengetahuan asli "rekupang" oleh sains "goreng" membuat warga Indonesia berasa "kiamat dapur" saat minyak goreng hilang dari pasaran, atau saat harganya melonjak jadi lipat dua.

Pada titik ini, apakah berlebihan jika ada kecurigaan bahwa IQ 78.49 itu tak cukup membuat warga Indonesia sadar lidahnya telah dikuasai pengusaha minyak goreng? Juga bahwa warga telah kehilangan daya kreasi untuk menemukan kembali "rekupang" sebagai solusi?

Solusi Revitalisasi "Rekupang"

Merespon hilangnya, dan kemudian, melonjaknya harga minyak goreng di pasaran, pemerintah sudah menerbitkan larangan ekspor CPO dan minyak goreng. Itu berlaku mulai 28 April 2022 sampai waktu yang tak ditentukan.

Pemerintah, di satu sisi, rupanya hendak memberi pelajaran nasionalisme kepada pengusaha sawit/CPO/minyak goreng. Bahwa stabilitas ekonomi nasional itu tak bisa ditawar.

Di sisi lain, sebagai solusi dari sisi penawaran, pemerintah hendak memaksa pengusaha mengolah lebih banyak CPO menjadi minyak goreng. Sehingga pasar domestik akan mengalami situasi kelebihan penawaran. Dengan demikian, mekanisme pasar akan menekan harga minyak goreng hingga mendekati tingkat semula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun