Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Anies Menjegal Jokowi di Batas Kota

18 Mei 2020   05:21 Diperbarui: 18 Mei 2020   09:41 4961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekompakan Jokowi dan Anies Baswedan (Foto: tempo.com/antara)

Larangan itu bukan sampai 31 Mei 2020, seperti ditenggatkan Permenhub 25/2020. Tapi sampai status bencana nasional pandemi Covid-19 dicabut. Itu artinya sampai Keppres Nomor 12/2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai Bencana Nasional dicabut. (11)

Anies sudah menyiapkan 49 titik "penjegalan" migran, entah itu mudik/pulang kampung atau arus-balik, di batas kota Jakarta.  Migran dilarang keluar/masuk.  Atau, kalau mau masuk, harus karantina 14 hari dulu.

Dengan begitu, mereka yang dulu didefinisikan Jokowi "pulang kampung" tidak boleh lagi masuk Jakarta. Atau sekurangnya, dalam bahasa Anies, "tidak akan mudah masuk Jakarta". Bahkan setelah Lebaran 2020 usai.

Tapi warga Jakarta itu, khususnya migran, adalah orang-orang kreatif. Seribu satu cara ditempuh untuk ngadalin larangan keluar/masuk Jakarta. Cerita 8 orang Madura yang pulang kampung atau "mudik liar" adalah contoh kreativitas "out of the box".  

Cerita orang Madura itu jelas bukan satu-satunya inovasi modus pulang kampung atau "mudik liar" yang sudah terjadi. Sudah pasti juga ada yang berhasil lolos.

Mengapa migran Jakarta nekad pulang kampung atau mudik kendati sudah dilarang? Mau Lebaran di kampung? Bukan itu yang utama.  Tapi karena di masa pandemi Covid-19 ini Jakarta adalah kota yang "paling menakutkan". 

Jakarta adalah pemuncak Indonesia untuk jumlah orang positif Covid-19 dan jumlah korban meninggal.  

Jadi peluang seseorang terkena Covid-19 paling tinggi di Jakarta dibanding daerah lain. Apalagi kalau taksiran Anies tentang jumlah orang positif Covid-19, 15,000-30,000 orang, di Jakarta benar.(6)

Mengapa Jakarta menjadi daerah pandemi Covid-19 terparah?  Faktor "Jakarta titik kumpul nasional dan internasional" hanya satu penjelasan. Kelemahan Anies dalam penegakan protokol PSBB adalah faktor serius.  

Kisah orang-orang Tambora itu adalah penanda kelemahan manajemen PSBB Jakarta.  Orang yang keras kepala macam Pak O itu banyak di Jakarta. Orang-orang yang abai, egois, menyebabkan orang lain jadi ODP, PDP atau bahkan korban meninggal.

Lihatlah betapa sulit menjaga jarak fisik di pasar-pasar tradisionil dan pasar-pasar PD Jaya.  Betapa anak-anak muda dan ibu-ibu masih bergerombol di gang-gang kampung. Warga lalu-lalang tanpa masker di wajah. Air dan sabun cuci tangan kosong di minimart.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun