Social milieu semacam itu mengingatkan pada kasus "pelarangan seorang warga tinggal Dusun Karet, Pleret, Bantul DIY karena agamanya Non-Islam".
***
Analisis struktur dan kepentingan dalam Kapanye Akbar Prabowo-Sandi tersebut mengantar saya pada sebuah kesimpulan sementara, atau untuk amannya baiklah saya sebut sebagai hipotesa. Â Maksud saya hipotesa tentang Kampanye Akbar tesebut.
Untuk itu saya kembali dulu ke pertanyaan "Apa makna Kampanye Akbar Prabowo-Sandi" atau "Pesan apa yang disampikan oleh peristiwa Kampanye Akbar Prabowo-Sandi"?Â
Jawabannya, sebagai sebuah hipotesa, berdasar tafsir atau "pelukisan mendalam" ala Geertzian di atas, makna Kampanye Akbar Prabowo_Sandi adalah "sebuah pernyataan politik tentang kemungkinan tampilnya eksistensi kelompok Islam pendukung cita-cita negara Khilafah jika Prabowo-Sandi memenangi Pilpres 2019".
Itu adalah sebuah kesimpulan hipotetis. Â Tapi jika itu terbukti benar, maka Kampanye Akbar itu menjadi bermakna sebagai "pesan terbuka tentang adanya kemungkinan pembubaran NKRI ang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945".
Artikel ini hanya sebuah kajian analistis, dan kesimpulannya juga bersifat hipotetis. Â Jika tidak setuju, maka silahkan ditanggapi pada level yang sama, lewat kajian analitis juga.
Demikian dari saya, Felix Tani, petani mardijker, suka mencari "kepiting di balik batu".***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H