"Inti" struktur Kampanye Akbar itu adalah Prabowo-Sandi sendiri sebagai pasangan Capres/Cawapres dari Kubu 2. Â Lalu ada "lingkaran pusat" yang membungkus "inti" Â yaitu para petinggi dan tokoh-tokoh partai-partai pengusung Prabowo-Sandi (Partai Gerindra, PKS, PAN, Partai Demokrat). Â Sebagian terbesar di antara mereka tergabung dalam tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
Lapis berikutnya adalah lingkaran "pusat-pinggiran", terdiri dari petinggi dan tokoh-tokoh organisasi kemasyarakatan (ormas), tokoh-tokoh agama, dan tokoh-tokoh masyarakat (termasuk cendikiawan) pendukung Prabowo-Sandi. Â Â
Antara lain tokoh-tokoh FPI, FUIB, PA 212, dan Forkabi, diduga juga ada tokoh-tokoh mantan pegiat HTI, lalu para Habaib dan Kyai, beberapa ekonom pengeritik Kabinet Jokowi, dan sejumlah aktivis ormas lainnya.
Lebih ke luar adalah lingkaran "pinggiran" yaitu para klien dari tokoh-tokoh "lingkaran pusat" dan "pusat pinggiran" yang berfungsi sebagai penggerak sumberdaya di lapangan, khususnya menggerakkan massa pendukung Prabowo-Sandi.
Paling luar adalah lingkaran "pinggiran-pinggir" yaitu massa pendukung Prabowo-Sandi yang siap dimobilisasi untuk aksi-aksi pemenangan Prabowo-Sandi. Ada dugaan bahwa lingkaran ini didominasi oleh massa yang belum move on dari HTI yang telah dibubarkan pemerintah.
Setelah mengetahui strukturnya, sekarang masuk pada pemeriksaan kepentingan-kepentingan politik yang melekat pada setiap unsur struktur itu.
Kepentingan Prabowo-Sandi sebagai "inti" sangat jelas, yaitu untuk memenangi Pilpres 2019 tanggal 17 April nanti. Â Dengan cara apapun yang tidak dinilai pelanggaran oleh Bawaslu.
Sedangkan kepentingan tokoh-tokoh "lingkaran pusat" juga jelas, yaitu perolehan posisi politik dana tau ekonomi (bisnis) lapis atas (The President Men) kelak seandainya Prabowo-Sandi memenangi Pilpres 2019.
Lalu, dan ini yang terbaca sangat kentara pada Kampanye Akbar itu, kepentingan tokoh-tokoh lingkaran "pusat-pinggiran" yaitu diduga  kepentingan eksistensi agama Islam sebagai salah satu "kekuatan politik"  atau bahkan  "kekuatan politik utama" di Indonesia.
Kepentingan massa di lingkaran "pinggiran" dan "pinggiran-pinggir" adalah sesuatu yang nantinya "menetes" dari lingkaran pusat dan pusat-pinggiran. Â Kalau rejeki, ya, kebagian, kalau tidak, ya sudah, gigit jari.
Kepentingan lingkaran "pusat-pinggiran" itulah, yaitu eksistensi Islam sebagai kekuatan politik yang bersifat menentukan, yang menjiwai dan mewarnai Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di GBK itu.