Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perkebunan Kita: Penjajahan atau Pemerdekaan?

23 Juni 2016   12:57 Diperbarui: 23 Juni 2016   13:11 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Gagasan pembalikan arus yang dipikirkan Pakpahan adalah “pengembalian” perkebunan ke tangan rakyat.   Untuk itu ada dua “kisah sukses” yang ditawarkan sebagai model rujukan (benchmark) yaitu FELDA Malaysia dan Tata Tea India.

FELDA  (Federal Land Development Authority) Malaysia adalah   suatu  korporasi petani yang mengelola perkebunan milik petani, yang berhasil membawa “perkebunan rakyat Malaysia” sebagai yang terbesar di Asia, sekaligus meningkatkan pendapatan pekebun dan keluarganya.

 Tata Tea India adalah  suatu korporasi domestik (nasionalis)  yang  berhasil mengakuisisi Tetley Inggris dan dengan itu menguasai produksi bahan baku, pengolahan, dan distribusi teh bukan saja di Inggris tapi dunia.  Secara simultan dalam proses tersebut perkebunan teh “diserahkan” kepada rakyat dan berkebang di bawah bimbingan, dukungan, dan kerjasama Tata Tea.

Dua “kisah sukses” itu ditawarkan sebagai alternatif untuk pola PIR Perkebunan yang, karena karakter asimetrisnya, gagal mengembalikan “perkebunan” ke tangan rakyat.  Pakpahan tidak menganjurkan penjiplakan model FELDA atau Tata Tea secara mentah-mentah, mengingat adanya perbedaan konteks sejarah, politik, dan ekonomi.  

Lantas pola apa yang relevan?  Pakpahan menawarkan pengembangan model Badan Usaha Milik Petani (BUMP) untuk mewujudkan masyarakat pekebun yang “merdeka, bersatu, berdaulat,  adil dan makmur”.   Dengan begitu, perkebunan dikembalikan ke tangan pemiliknya yaitu rakyat Indonesia.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun